Iya kalau rumahnya punya halaman yang luas. Kalau tidak? Apa perlu tetap menata?
Iya kalau rumah sendiri? Kalau ngontrak? Kan sayang sudah ditata bagus tapi akhirnya ditinggalkan juga!
Eits… Jangan salah! Saya dan suami juga ngontrak di rumah yang pekarangannya tidak terlalu luas. Jangka waktu ngontraknya pun hanya dua tahun.
Prinsip kami, dimanapun dan bagaimanapun kondisi tempat tinggalnya harus bisa menjaga layaknya rumah sendiri. Perlu dirawat agar enak dipandang dan bikin betah di rumah.
Tentu karena masih ngontrak, segala bentuk perawatan rumah kami komunikasikan terlebih dahulu dengan pemiliknya. Tidak lupa juga dengan kesepakatan biaya. Mana yang akan ditanggung pemilik, dan mana yang akan dibayar penyewa.
Begitu pula ketika kami memutuskan untuk membersihkan dan merapikan seluruh penjuru halaman rumah. Kami meminta izin untuk merubah beberapa bagian. Termasuk nyongkel paving buat lahan berkebun.
Pertama datang ke kontrakan, disambut dengan halaman yang pemandangannya bak padang rumput. Saking banyak dan lebatnya rumput yang tumbuh di sekeliling rumah.
Padahal, halaman rumah sudah dipasang paving. Tidak bisa dibayangkan jika semua masih tanah. Mungkin benar-benar jadi padang rumput kali ya?
Nah, dengan kondisi pekarangan yang tidak nyaman dipandang mata, membuat kami termotivasi untuk segera menatanya.
Pekarangan hanya digunakan untuk sekedar lewat, parkir kendaraan, atau tempat meletakkan sampah dan barang yang tidak dipakai lagi. Kondisi tidak terurus malah bisa menjadi tempat tinggal hewan seperti tikus, kecoa, bahkan ular.
Mengurus pekarangan memang perlu niat dan alasan yang kuat, diiringi kemauan mengalokasikan waktu dan tenaga. Berikut beberapa alasan mengapa perlu menata pekarangan rumah.
Tidak harus berukuran besar. Halaman rumah yang mungil dan sederhana pun bisa disulap menjadi lebih rapi dan menarik agar suasana rumah tampak lebih segar dan hijau.
Binatang bisa saja menerobos masuk ke dalam rumah. Sehingga membuat was-was dan tidak bebas. Sebab itulah, perlu menjaga kebersihan dan kerapihan pekarangan.
Dengan bercocok tanam di pekarangan juga mampu mengoptimalkan kesehatan fisik. Seperti menguatkan kekebalan tubuh karena mendapatkan vitamin D dari aktivitas berkebun Juga bisa meningkatkan kekuatan tangan dengan menggali, menyiram, dan memangkas.
Tidak hanya itu, manfaat lain dari berkebun adalah untuk menjaga kesehatan mental. Di antaranya untuk mengurangi stress, melatih kesabaran, mempertajam daya ingat, hingga meningkatkan kualitas hidup.
Sebagai ibu rumah tangga, sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Sebab itulah saya akhirnya memilih bercocok tanam di pekarangan. Meskipun seringnya, aktivitas ini identik dengan orang tua atau pensiunan yang berusaha mengusir rasa kesepian.
Sebagaimana pengalaman saya pribadi. Sebelum menemukan alasan kuat belajar blogging seperti sekarang ini, saya hobi memanfaatkan pekarangan untuk bercocok tanam. Sebagian lahan lainnya untuk proses komposting yang kemudian hasilnya dijadikan pupuk.
Bagi saya ada beberapa kesamaan dalam menyalurkan hobi dengan berkebun dan belajar blogging. Diantaranya ketika menentukan tanaman, sama tertariknya dengan menentukan niche blog.
Apalagi saat harus menentukan letak tanaman di halaman depan agar lebih enak dipandang orang lain. Saya seperti sedang mencoba menerka siapa saja sekiranya yang akan jadi pembaca di blog.
Begitulah persamaan berkebun dan blogging. Aktivitas yang sama-sama menggerakkan jari jemari sekaligus butuh ketelatenan. Keduanya memberikan kepuasan tersendiri.
Berkebun juga melatih setiap anggota keluarga untuk peduli dan lebih mencintai alam sekaligus menghargai hasil jerih payah sendiri. Saling bekerja sama dalam proses merawat tanaman dan pekarangan, juga bermanfaat untuk meningkatkan kekompakan.
Bagi anak yang tidak suka makan sayuran, aktivitas berkebun ini bisa dicoba. Selain untuk mengenalkan aneka sayuran, juga agar anak tidak ragu memakan hasil kebun yang mereka tanam.
Manfaat inilah yang paling saya rasakan. Hampir setiap hari memanen sayuran atau buah yang meskipun jumlahnya tidak banyak, tapi cukup untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarga dalam sekali masak.
Mengapa Pekarangan Perlu Ditata?
Terkadang, orang lebih mengutamakan bagian dalam rumah agar senantiasa bersih dan rapi, namun melupakan pekarangan. Masih banyak pula yang merasa tidak percaya diri dengan halaman rumah yang sempit.Pekarangan hanya digunakan untuk sekedar lewat, parkir kendaraan, atau tempat meletakkan sampah dan barang yang tidak dipakai lagi. Kondisi tidak terurus malah bisa menjadi tempat tinggal hewan seperti tikus, kecoa, bahkan ular.
Mengurus pekarangan memang perlu niat dan alasan yang kuat, diiringi kemauan mengalokasikan waktu dan tenaga. Berikut beberapa alasan mengapa perlu menata pekarangan rumah.
1. Menjaga Lingkungan Rumah Agar Tetap Asri
Rumah asri nan hijau menjadi idaman banyak orang. Keberadaan taman di pekarangan yang tertata akan menambah keindahan lingkungan rumah.Tidak harus berukuran besar. Halaman rumah yang mungil dan sederhana pun bisa disulap menjadi lebih rapi dan menarik agar suasana rumah tampak lebih segar dan hijau.
2. Menjaga Keamanan dan Kenyamanan
Seperti yang sudah disebutkan di awal, bahwa halaman yang tidak terawat bisa menjadi sarang binatang. Selain mengancam keamanan penghuni rumah, juga mengganggu kenyamanan ketika beraktivitas.Binatang bisa saja menerobos masuk ke dalam rumah. Sehingga membuat was-was dan tidak bebas. Sebab itulah, perlu menjaga kebersihan dan kerapihan pekarangan.
3. Mendukung Kesehatan Bagi Penghuninya
Selain menambah nilai estetika, pekarangan yang dilengkapi dengan tanaman akan menjadi pemasok oksigen. Selagi bersih dan tertata, tentu akan mengurangi resiko lahan kosong ditempati hewan yang berpotensi membawa penyakit seperti nyamuk, tikus, dan tomcat.Dengan bercocok tanam di pekarangan juga mampu mengoptimalkan kesehatan fisik. Seperti menguatkan kekebalan tubuh karena mendapatkan vitamin D dari aktivitas berkebun Juga bisa meningkatkan kekuatan tangan dengan menggali, menyiram, dan memangkas.
Tidak hanya itu, manfaat lain dari berkebun adalah untuk menjaga kesehatan mental. Di antaranya untuk mengurangi stress, melatih kesabaran, mempertajam daya ingat, hingga meningkatkan kualitas hidup.
Sebagai ibu rumah tangga, sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Sebab itulah saya akhirnya memilih bercocok tanam di pekarangan. Meskipun seringnya, aktivitas ini identik dengan orang tua atau pensiunan yang berusaha mengusir rasa kesepian.
4. Menyalurkan Hobi
Alasan menyenangkan mengapa perlu menata pekarangan adalah untuk menyalurkan hobi dengan cara bercocok tanam. Menentukan jenis, jumlah, dan mengatur letak tanaman tentu menjadi aktivitas seru untuk mengurangi kejenuhan.Sebagaimana pengalaman saya pribadi. Sebelum menemukan alasan kuat belajar blogging seperti sekarang ini, saya hobi memanfaatkan pekarangan untuk bercocok tanam. Sebagian lahan lainnya untuk proses komposting yang kemudian hasilnya dijadikan pupuk.
Bagi saya ada beberapa kesamaan dalam menyalurkan hobi dengan berkebun dan belajar blogging. Diantaranya ketika menentukan tanaman, sama tertariknya dengan menentukan niche blog.
Apalagi saat harus menentukan letak tanaman di halaman depan agar lebih enak dipandang orang lain. Saya seperti sedang mencoba menerka siapa saja sekiranya yang akan jadi pembaca di blog.
Begitulah persamaan berkebun dan blogging. Aktivitas yang sama-sama menggerakkan jari jemari sekaligus butuh ketelatenan. Keduanya memberikan kepuasan tersendiri.
5. Menjadi Aktivitas Bersama
Ide aktivitas bersama keluarga juga bisa dilakukan dengan menata pekarangan dan halaman. Bersama para orang tua, anak-anak bisa diajak menanam bunga atau sayuran sekaligus untuk edukasi bagi mereka.Berkebun juga melatih setiap anggota keluarga untuk peduli dan lebih mencintai alam sekaligus menghargai hasil jerih payah sendiri. Saling bekerja sama dalam proses merawat tanaman dan pekarangan, juga bermanfaat untuk meningkatkan kekompakan.
Bagi anak yang tidak suka makan sayuran, aktivitas berkebun ini bisa dicoba. Selain untuk mengenalkan aneka sayuran, juga agar anak tidak ragu memakan hasil kebun yang mereka tanam.
6. Menjaga Ketahanan Pangan Keluarga
Manfaat berkebun di pekarangan rumah yang bisa dirasakan secara langsung adalah untuk ketahanan pangan keluarga. Setiap hari bisa mendapatkan bahan makanan segar. Jika ingin memasak, tinggal petik dari hasil kebun sendiri.Manfaat inilah yang paling saya rasakan. Hampir setiap hari memanen sayuran atau buah yang meskipun jumlahnya tidak banyak, tapi cukup untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarga dalam sekali masak.
Selain untuk sumber pangan dan gizi keluarga, menanam sayuran sendiri juga termasuk dalam gerakan mendukung pangan lokal. Tanpa disadari pula, gerakan ini turut mendukung keadilan pangan secara global.
7. Mengembangkan Peluang Bisnis
Siapa sangka dengan bercocok tanam bisa mendapatkan penghasilan tambahan? Tidak jarang orang yang akhirnya mampu memanfaatkan pekarangan untuk budidaya tanaman hias atau sayuran yang memiliki nilai jual tinggi.Keterbatasan lahan pun tetap bisa diatasi dengan berbagai teknik bercocok tanam yang sesuai dengan kondisi rumah. Seperti berjualan sayur hasil menanam secara hidroponik, tanaman hias dalam pot gantung, dan buah yang dibudidayakan dengan planterbag.Sistem seperti ini secara tidak langsung juga menjaga ketahanan ekonomi keluarga.
Cara Menata Pekarangan Rumah Agar Terlihat Menarik
Mungkin banyak dari kita yang kurang percaya diri atau tidak punya banyak waktu untuk mulai menata pekarangan menjadi taman atau kebun yang indah. Beberapa orang memilih untuk menyewa jasa tukang kebun atau ahli pertamanan.Namun, dilihat dari alasan perlunya menata pekarangan, tentu sangat disayangkan jika kita tidak berani mencoba sendiri. Sebagai pemula, berikut cara menata pekarangan rumah dengan sederhana:
1. Mengenali Tempat Tinggal
Sebelum memutuskan untuk membuat taman, kebun, atau bahkan kolam di pekarangan, sangat penting untuk mengenali tempat tinggal kita. Tidak hanya sebatas lokasi rumah lho!Agar pemanfaatan lahan bisa optimal, kita bisa mencari tahu seputar geohistoris dari lingkungan rumah. Apakah sebelum kita tinggali daerah tersebut adalah tanah datar, sawah, rawa, atau bahkan sungai yang mengering.
Jika memungkinkan, cari data terkait bencana yang pernah terjadi dan potensi di masa yang akan datang. Bisa memanfaatkan sistem informasi berbasis web yang menampilkan peta tematik. Salah satunya melalui geoportal[dot]esdm[dot]go[dot]id.
Tujuan dari memeriksa potensi bencana adalah untuk mengoptimalkan lahan sesuai dengan kondisi geografis dan resiko terhadap bencana yang mungkin saja terjadi.
Untuk rumah yang terletak di pinggir jalan utama, terlebih lagi jalan nasional atau provinsi, ada baiknya memeriksa proyeksi pengembangan lahan. Bisa dengan mengunjungi situs gistaru[dot]atrbpn[dot]go[dot]id untuk melihat rencana tata ruang online di wilayah tertentu. Atau dengan mengetikkan di mesin pencarian Peraturan Bupati (Perbup) terkait rencana detail tata ruang berdasarkan wilayah tinggal.
Perlunya memeriksa rencana tata ruang suatu wilayah agar jika suatu waktu pemerintah mengeluarkan kebijakan pembangunan yang bersinggungan dengan lahan kita, sudah punya gambaran seberapa besar dampaknya.
2. Membuat Perencanaan
Untuk menata pekarangan, alangkah baiknya jika disertai dengan perencanaan keuangan, memperkirakan jenis tanaman saja yang akan ditanam, menentukan peletakan dan desain taman, hingga rencana perawatan.Terutama bagi yang tinggal di rumah kontrakan, perencanaan ini akan sangat diperlukan untuk menentukan tanaman apa yang sekiranya tidak butuh waktu yang lama untuk bertumbuh atau memilih yang fleksibel agar bisa dibawa ketika nantinya pindah rumah.
3. Mengatur Gaya Taman dan Menyesuaikannya dengan Tema Rumah
Setelah membuat perencanaan yang matang, langkah selanjutnya adalah menentukan pengaturan taman sekaligus menyesuaikan dengan tema rumah dan luas lahan. Cara menata pekarangan rumah sangat dipengaruhi oleh gaya taman atau kebun yang dibuat.Jika lahannya sempit, kita bisa memilih metode vertikultur yang memaksimalkan lahan vertikal, atau dengan menanam dalam pot. Kedua cara ini bisa diterapkan untuk tanaman hias maupun sayuran.
Mempertimbangkan kesediaan tanah, dapat juga menerapkan hidroponik yang menggunakan media air dicampur unsur hara. Bija juga memilih metode aeroponik yang memanfaatkan udara dan disemprot campuran air dan larutan hara.
Untuk menambah estetika, membuat taman yang sesuai dengan tema rumah juga bisa di coba. Tema rumah vintage tentu akan berbeda dengan rumah gaya modern saat membuat desain taman. Misalnya juga rumah industrial akan memilih tipe lampu yang berbeda dengan yang ada di taman rumah bergaya tradisional.
4. Memilih Tanaman Yang Sesuai
Penentuan desain taman berdasarkan tema rumah akan mempengaruhi jenis tanaman yang dipilih. Begitu pula dengan berkebun, metode yang digunakan akan menentukan sayuran apa yang dibudidayakan.Contohnya, rumah dengan gaya Skandinavia cocok dilengkapi dengan tanaman lidah mertua, pohon naga, lidah buaya, dan tanaman karet Ficus elastic. Sedangkan rumah dengan desain minimalis, akan lebih manis dengan tanaman kaktus, maple jepang, pakis, atau ditambah dengan rumput alami.
Selain ditentukan dari metode penanaman, untuk sayuran bisa mempertimbangkan kondisi geografis tempat tinggal. Rumah yang ada di dataran rendah bisa memilih untuk menanam kacang panjang.. Sedangkan rumah di dataran tinggi cocok untuk menanam buncis, selada, kol, kale, dan brokoli.
Pusing menentukan tanaman yang sesuai, jalan tengahnya bisa menanam sayuran yang cocok tumbuh di segala kondisi seperti bayam, cabai, tomat, dan kangkung.
5. Memperbaiki Drainase
Pesatnya pembangunan pemukiman, membuat kawasan resapan air hujan semakin berkurang. Hal tersebut meningkatkan volume air yang masuk ke saluran drainase dan sungai.Ketika curah hujan tinggi, air pun kerap meluap dan mengakibatkan banjir. Dampaknya, tidak jarang ditemui rumah dengan teras dan halam tergenang.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu memperbaiki sistem drainase agar kelebihan air permukaan dapat dikendalikan. Sehingga lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah dan bisa dimanfaatkan untuk konservasi air tanah.
Simpanan air ini bisa dimanfaatkan sebagai cadangan air ketika musim kemarau. Tentunya dengan perbaikan drainase akan sangat menguntungkan bagi pekarangan yang ditanami berbagai macam tanaman.
6. Merawat Secara Teratur
Menata pekarangan harus diiringi dengan perawatan secara teratur. Baik itu menjaga kebersihan dan kerapihannya, atau perawatan tanaman secara khusus.Menjaga kebersihan pekarangan adalah komponen yang paling penting. Perlu dialokasikan waktu khusus untuk membersihkan dan merapikan. Seperti menyingkirkan rumput liar satu minggu sekali atau menata ulang tanaman tiap sebulan sekali.
Halaman yang bersih dan rapi akan terlihat lebih luas. Tidak lupa pula untuk rutin memberi nutrisi tanaman agar tampak sehat dan segar dipandang.
Pekarangan yang nyaman tentunya membuat senang siapapun yang melihatnya. Terlebih bagi penghuni rumah, akan lebih semangat dan produktif untuk beraktivitas.
Kesan pertama seseorang terhadap para penghuni rumah, juga bergantung pada kondisi pekarangannya. Jadi, mari kita buat hunian yang nyaman dengan cara menata pekarangan agar tampak menarik.
wah, selalu jadi keinginan mba bisa punya rumah yang ada pekarangannya. Karena sekarang masih ngekos, mudah2an ilmunya bermanfaat pas mudik dan di masa depan nanti pas udah punya rumah sendiri
BalasHapusKereeeennn, mba Ufie. Dirimu telaten syekaliiiii. Tularin dong, pengen niru kek gitu, belum ada support systemnya..
BalasHapusMenarik banget mbaak. Rumah jadi adem kalo punya hobi cocok tanem
BalasHapusKeren lhoo mb...pgn bisa nanem2 hidroponik sayuran d pekarangan rmh,selama ini msh cm tanaman hias aja
BalasHapusapalah daya rumahku pas beli ga ada tanah kosong buat pekarangan 😄 semuanya udah dijadikan lantai 😅 kudu tambulapot yaa ini
BalasHapus