header blog terbaru

Mengawetkan Sayuran Secara Tradisional dengan Metode Lacto-Fermentation

Posting Komentar
Sayuran merupakan salah satu sumber makanan yang penting bagi kesehatan. Namun, sayuran mudah mengalami kerusakan dan pembusukan, terutama jika disimpan dalam waktu yang lama.

Salah satu tantangan terbesar yang juga kerap terjadi adalah musim panen sayuran yang berlimpah, namun daya beli rendah. Hal ini membuat para petani enggan memanen dan berujung pada penumpukkan sampah sayuran.

Sementara itu, sampah sayuran dapat menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca karena akan terurai secara anaerob, yaitu dalam kondisi tanpa oksigen. Proses penguraian ini menghasilkan gas metana, yang memiliki efek 25 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar sepertiga dari semua makanan yang diproduksi di dunia terbuang dan menjadi sampah. Jumlah sampah makanan ini diperkirakan mencapai 1,3 miliar ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 40% berasal dari sisa konsumsi rumah tangga, termasuk sampah sayuran.

Di Indonesia sendiri, sejak zaman dahulu telah diperkenalkan metode pengawetan makanan, baik itu dimasak dengan api maupun tidak. Seperti rendang, tape, serundeng, atau berbagai olahan makanan lainnya. Salah satu metode tersebut berdasarkan pada proses fermentasi.

Mengenal Metode Lacto-Fermentation

Lacto-fermentation adalah proses fermentasi yang menggunakan bakteri asam laktat (Lactobacillus) untuk mengubah gula menjadi asam laktat. Proses ini terjadi dalam kondisi anaerob, yaitu di lingkungan yang tidak ada oksigen.

Dalam proses lacto-fermentation, bakteri asam laktat akan memecah gula yang terkandung dalam sayuran menjadi asam laktat. Asam laktat ini memiliki sifat antibakteri, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang dapat menyebabkan kerusakan dan pembusukan sayuran.

Selain itu, asam laktat juga dapat meningkatkan cita rasa sayuran dan membuatnya lebih awet. Sayuran yang difermentasi dengan metode lacto-fermentation dapat disimpan dalam suhu kamar selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.

Manfaat Lacto-Fermentation

Menerapkan metode lacto-fermentation memiliki berbagai manfaat bagi makanan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya tahan simpan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lacto-fermentation dapat meningkatkan daya tahan simpan sayuran. Sayuran yang difermentasi dengan metode ini dapat disimpan dalam suhu kamar selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan.

2. Meningkatkan cita rasa

Lacto-fermentation dapat meningkatkan cita rasa sayuran. Sayuran yang difermentasi akan memiliki rasa asam yang khas. Rasa asam ini dapat memberikan sensasi segar dan menggugah selera.

3. Meningkatkan kandungan nutrisi

Lacto-fermentation dapat meningkatkan kandungan nutrisi dalam sayuran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lacto-fermentation dapat meningkatkan kandungan vitamin C, vitamin B12, dan asam folat dalam sayuran.

4. Meningkatkan kesehatan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lacto-fermentation bermanfaat bagi kesehatan, seperti meningkatkan kesehatan pencernaan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes

Kelebihan Lacto-Fermentation

Lacto-fermentation memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode pengawetan makanan lainnya, antara lain:

1. Metode yang aman

Lacto-fermentation adalah metode pengawetan makanan yang aman. Proses ini tidak menggunakan bahan pengawet kimia, sehingga lebih sehat.

2. Metode yang sederhana

Lacto-fermentation adalah metode pengawetan makanan yang sederhana. Prosesnya dapat dilakukan di rumah dengan bahan-bahan yang mudah didapat.

3. Metode yang ekonomis

Lacto-fermentation adalah metode pengawetan makanan yang ekonomis. Bahan-bahan yang digunakan untuk lacto-fermentation relatif murah.


Cara Mengawetkan Sayuran dengan Metode Lacto-Fermentation

Pembuatan lacto-fermentation relatif mudah. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan lacto-fermentation

1. Siapkan bahan-bahan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat lacto-fermentation adalah sayuran, garam, dan air. Sayuran yang dapat digunakan untuk lacto-fermentation bisa beragam jenis sayuran, seperti sawi putih, kol, wortel, timun, dan lobak.

2. Cuci sayuran

Langkah selanjutnya, cuci sayuran dengan bersih untuk menghilangkan kotoran dan pestisida. Pastikan benar-benar bersih karena akan berpengaruh pada proses fermentasi.

3. Potong sayuran

Potong sayuran dengan ukuran yang sesuai. Usahakan untuk memotong tidak terlalu besar karena akan membuat proses fermentasi berlangsung lebih lama.

4. Campurkan sayuran dengan garam

Campurkan sayuran dan garam dengan perbandingan 2% berat sayuran. Sebagai contoh, untuk 1 kg sayuran, gunakan 20 gram garam.

5. Masukkan sayuran ke dalam wadah

Untuk memastikan fermentasi terjadi dengan baik, masukkan sayuran ke dalam wadah yang yang memiliki tutup.

6. Tambahkan air

Selanjutnya, tambahkan air ke dalam wadah hingga sayuran terendam seluruhnya. Hal ini sebagai salah satu pendukung proses fermentasi.

7. Simpan wadah di suhu kamar

Simpan wadah di suhu kamar selama 3-7 hari. Selama proses fermentasi, akan muncul gelembung-gelembung udara di permukaan sayuran.

8. Cek rasa

Setelah 3-7 hari, cek rasa sayuran. Jika sudah sesuai dengan selera, sayuran dapat dikonsumsi.

Menerapkan lacto-fermentation untuk pengawetan saturan dengan cara yang aman, sederhana, dan ekonomis bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi sampah makanan. Metode ini dapat meningkatkan daya tahan simpan, cita rasa, dan kandungan nutrisi dalam sayuran.

Related Posts

Posting Komentar