About Me

Follow on Facebook

header blog terbaru

Bodi Mini Kinerja Mumpuni, ASUS Zenfone 9 Dukung IRT Belajar di Kampus Top Dunia

Posting Komentar
“Meski sempat dicecar pertanyaan gap year, aku berhasil lulus seleksi beasiswa LPDP Batch 1 tahun 2022”
, begitu tulis Mbak Silvany Dewita dalam postingan yang diunggah di feed @labbelajaribu.

Bukan pada keterangan lulus seleksi beasiswa LPDP, tapi pikiran saya langsung terkoneksi dengan mata yang menangkap tulisan ‘dicecar pertanyaan gap year’. Nyali langsung menciut, dan sempat membuat terpaku beberapa saat.

Lalu, bagaimana dengan saya yang hampir 10 tahun lamanya tidak lagi mengenyam pendidikan formal? Bagaimana saya akan menjawab pertanyaan tentang gap year jika nantinya mendaftar program beasiswa serupa?

Sejak mengantongi gelar sarjana, saya memang memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan S2. Alasannya karena menggali lebih dalam lagi potensi dalam diri yang selaras dengan disiplin ilmu yang telah dan akan dipelajari. Sekalipun demikian, keinginan untuk melanjutkan studi masih terus saya jaga.

Kini, setelah 7 tahun menjadi freelancer di bidang data entry, 5 tahun mengajar di sekolah swasta, dan 2 tahun mempercayakan potensi diri sebagai ibu rumah tangga, hasrat untuk kuliah lagi semakin membara.

Pengalaman bekerja, berbagai peristiwa penting dalam hidup, interaksi dengan banyak orang, dan aktif dalam komunitas yang bergerak di bidang sosial-pendidikan, membuat saya yakin dengan bidang studi yang akan dipilih. Mempelajari dimensi teoritis dan praktis dalam pengembangan komunitas menjadi pilihan saya.

Sayangnya, program pasca sarjana di bidang Community Development di Indonesia masih sangat minim. Karena saya selalu percaya bahwa belajar dari sumber ilmu terbaik akan punya nilai lebih, maka kampus-kampus di luar negeri menjadi incaran.

Sudah barang tentu kemampuan bahasa menjadi kendala. Tapi, di sisi lain saya pun mulai resah dengan lamanya jarak waktu lulus jenjang S1. Nyaris menyentuh angka 10 tahun yang lalu bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi bidang yang saat ini saya minati tidak linier dengan apa yang dulu dipelajari.

Saya sempat merasa tak percaya diri. Hingga dukungan suami meyakinkan bahwa untuk membayar kekosongan waktu yang telah berlalu dan membangun kembali ekosistem akademik dalam kehidupan saya, tidak ada salahnya mencoba belajar secara mandiri.

Sebagai ibu dengan seorang balita, belajar mandiri menjadi tantangan tersendiri. Apalagi saya selalu punya keyakinan bahwa anak bukanlah penghambat dalam meraih mimpi. Manajemen waktu yang belum cukup baik dan tidak adanya tugas yang mengingat, kerap membuat saya menunda-nunda waktu belajar.

Memilih MOOCs, Sebagai Sumber Belajar Terbaik

Sejak kecil, orang tua saya menekankan bahwa belajar dari sumber ilmu yang terbaik harus diupayakan. Hal tersebut selaras dengan hadits Nabi Muhammad, “Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”, sebuah isyarat bahwa berusaha yang terbaik dalam menggapai ilmu punya keutamaan tersendiri.

Kesulitan belajar mandiri dan mendapat akses pada sumber ilmu terbaik, membuat saya mencoba mencari platform belajar yang tepat. Beruntungnya, transformasi di bidang teknologi membawa kemudahan tersendiri, khususnya bagi ibu rumah tangga yang ingin tetap belajar tanpa melalaikan urusan domestik.

Memilih Massive Open Online Courses (MOOCs) sebagai sarana belajar merupakan keputusan yang tepat. Sebagai layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang tidak terikat dengan tempat dan waktu pembelajaran, MOOCs memungkinkan orang belajar dimanapun serta kapanpun, untuk mendapatkan akses ilmu di berbagai kampus di dunia.

Layanan ini disediakan di beberapa platform, seperti Coursera, edx, Udacity, Khan Academy, Duolingo, dan masih banyak lagi. Program studi atau jurusan yang tersedia, ditawarkan oleh universitas-universitas terkemuka dari seluruh dunia.

Seperti Coursera yang menggandeng Stanford University, Columbia University, University of Washington, Leiden University, John Hopkins University, dan beberapa kampus top lainnya. Atau edX dengan ratusan member universitas yang banyak menjadi incaran seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT), Harvard University, Boston University, Sorbonne Universite, dan masih banyak lagi.

Dari Coursera dan edX ini pula saya mengambil beberapa program yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal berikut menjadi alasan kuat saya belajar melalui MOOCs untuk memantapkan langkah mewujudkan cita-cita:

Fleksibel

Perkembangan zaman mengantarkan pada kemudahan mengakses banyak hal. Belajar di universitas yang letaknya di berbagai belahan dunia pun tetap bisa tanpa harus meninggalkan negara asalnya.

Bagi saya pribadi, fleksibilitas adalah prioritas. Tak hanya soal ruang dan waktu, namun materi yang bisa diakses kapan saja, juga menjadi pertimbangan penting. Terlebih lagi bisa didapatkan dengan gratis atau dengan harga yang relatif murah, sesuai dengan ketersediaan program dan dapat mengeksplorasi banyak hal tanpa takut akan mendapat nilai buruk.

Membangun budaya belajar

Sekian waktu lamanya meninggalkan bangku kampus, tentu akan memberikan banyak perubahan pada kebiasaan belajar. Kita tidak lagi terikat dengan jam perkuliahan beserta tugas-tugasnya, juga suasana diskusi ilmiah yang menguji pemahaman akan ilmu yang dipelajari.

Belum lagi academic writing skill yang tergeser dengan kemampuan menulis status berderet tanpa kaidah yang berlaku. Tentu saja perubahan aktivitas mempunyai pengaruh yang besar dalam mindset belajar.

Untuk itu, membangun budaya belajar yang sesuai ekosistem akademik sangat perlu diupayakan. Melalui MOOCs ini, tidak hanya mendapat materi, namun akan ada penugasan dan forum diskusi yang bisa diikuti.

Merasakan pembelajaran di kampus top dunia

Tanpa harus memenuhi kualifikasi bahasa maupun akademik, MOOCs memungkinkan kita merasakan perkuliahan di kampus top dunia. Bisa menghayati sistem yang berlaku dalam kelas, mempelajari situasi saat diskusi dan mengumpulkan tugas, sekaligus berbagai kemudahan mengakses ilmu yang dibutuhkan.

Pilihan studi yang berlimpah

Banyaknya universitas yang terlibat, membuat lebih banyak lagi jurusan yang ditawarkan. Dalam satu jurusan dan topik yang sama, kita bisa memilih kampus yang disukai. Beerlimpahnya pilihan studi, membuka peluang kita mendapatkan ilmu yang mungkin belum populer di Indonesia.

Pengajar yang profesional dan ahli di bidangnya

Hal yang menyenangkan belajar online di berbagai universitas ternama adalah bisa mendapat pengajaran langsung dari banyak profesor yang ahli di bidangnya. Tidak jarang akhirnya bisa mengikuti kelas yang dulunya pengajarnya hanya saya ketahui dari jurnal namun telah mengagumi penelitiannya.

Sistem yang berlaku pun memungkinkan untuk berinteraksi dengan para pengajar melalui group telepon, diskusi di forum, atau saran saat mengumpulkan tugas. Bahkan, tidak sedikit pula yang akhirnya ketika berkesempatan kuliah offline, memilih salah satu profesor ini sebagai pembimbing akademik selama menuntaskan program perkuliahan.

Mengasah kemampuan bahasa

Mengikuti perkuliahan dan menyimak pengajar yang menggunakan Bahasa Inggris, mampu meningkatkan kemampuan bahasa saya. Tidak hanya tentang grammar, namun juga diksi-diksi yang bisa dipilih untuk menjelaskan suatu topik.

Terlebih lagi ketika terlibat diskusi atau pengumpulan tugas secara langsung. Mau tidak mau saya pun mempelajari struktur bahasa yang lebih teratur agar mudah dipahami oleh lawan bicara.

Berjejaring dengan mahasiswa dari berbagai negara

Kebutuhan MOOC semakin banyak diminati dan terus saja meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan masyarakat dunia semakin melek pentingnya ilmu. Semakin banyak yang tertarik, semakin memperbesar kemungkinan bertemu secara daring dengan banyak peserta dari berbagai negara.

Melalui forum diskusi, juga akan memudahkan kita mengenal dan berinteraksi secara intensif dengan mahasiswa lainnya. Dari sinilah kita bisa menguatkan relasi, saling membagi ide, hingga berkolaborasi untuk mengembangkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang sudah dipelajari.

Bisa mendapatkan sertifikat yang diakui internasional

Jika ingin mempunyai bukti fisik telah mengikuti perkuliahan online melalui MOOCs, peserta dapat sertifikat dengan membayar sejumlah uang yang sesuai dengan program yang diambil. Bagi para pekerja, keberadaan sertifikat ini akan cukup menguntungkan dalam menambah portofolio.

Bagi yang ingin melanjutkan studi apalagi dengan jalur beasiswa, juga akan bermanfaat sebagai bukti untuk konsisten dalam mengupgrade diri. Terlebih bagi ibu rumah tangga seperti saya yang sudah lama tidak terlibat dalam pendidikan formal maupun bekerja sesuai dengan bidang studi tujuan.

Spesifikasi HP Yang Mendukung Belajar Online di Kampus Top Dunia

“Ah, siapa bilang ibu rumah tangga gak butuh HP canggih? Bukan cuma buat gaya-gayaan, tapi buat mengembangkan diri dan self reward”, tulis seorang warganet di kolom komentar pada postingan giveaway sebuah merk HP.

Komentar yang menarik dan membuat saya mengangguk setuju. Ya, memang banyak yang beranggapan bahwa ibu rumah tangga yang aktivitasnya hanya di rumah saja, tidak butuh gawai dengan performa yang bagus.

Setidaknya, masih bisa buat mengirim pesan lewat whatsapp, sesekali posting dan bikin story di instagram, juga bisa belanja bebas di e-commerce. Bisa merekam foto ataupun video saja sudah sangat cukup, tidak peduli dengan kualitasnya.

Menginstall aplikasi tambahan pun jika diperlukan saja. Misal untuk zoom meeting, bisa di instal beberapa saat sebelum acara dimulai. Apalagi, jika harus menghapus aplikasi tertentu karena memori penuh.

Ibu sudah sangat terbiasa dengan kondisi demikian. Paling banter yaa meski mengeluh, tapi juga tetap realistis. Izin keluar dari whatsapp group yang tidak terlalu aktif diikuti demi menghemat ruang penyimpanan.

Di satu sisi, saya selalu mendapat insight dari para ibu yang jago memanfaatkan gawai untuk membuat konten edukasi. Carousel unik dengan kalimat yang menggugah, reel aktivitas anak yang menginspirasi, hingga sekedar story tentang aktivitas harian yang bisa jadi penyemangat.

Saya pun mengamini komentar warganet tersebut. Dengan gawai yang mumpuni, pastinya akan memudahkan kita untuk mengembangkan diri dan mengakses banyak hal dengan nyaman. Setelah lelah menyelesaikan pekerjaan harian, tidak ada salahnya juga refreshing dengan nonton drama korea, scrolling instagram, mendengarkan musik, sebagai bentuk self reward.

Dari situ pula saya berpikir untuk mengganti ponsel yang telah 5 tahun membersamai. Ya, saya tipikal orang yang bisa bertahan dengan satu gawai dalam waktu yang lama. Mempertimbangkan berbagai fitur yang paling unggul pada masanya, saya tidak terlalu mempermasalahkan harga selama masih on budget dan bisa dikejar dengan menabung.

Kini, ponsel tipis yang begitu ringan dan nyaman digenggam itu sudah layak untuk diganti. Terutama ketika digunakan untuk belajar online, mulai lekas panas dan speakernya pun kadang tak berfungsi dengan baik. Sehingga performanya sudah tidak lagi ideal digunakan untuk mengakses aplikasi yang butuh kerja berat.

Jika harus membeli gawai baru, hal paling utama yang akan menjadi pertimbangan adalah kinerjanya dalam mendukung saya belajar online. Berikut spesifikasi yang dibutuhkan demi kelancaran perkuliahan di kampus top dunia yang memang sangat bergantung pada performa ponsel:

Ukuran mini dengan fungsi terintegrasi

Sering kali saya harus menggunakan ponsel ketika sedang menyusui. Entah sekedar untuk membalas pesan, atau sambil mengerjakan tugas yang sudah mepet deadline. Belum lagi jika sambil menyelesaikan pekerjaan rumah. Mengandalkan satu tangan untuk bekerja, dan tangan lainnya memegang gawai sudah menjadi pemandangan yang biasa.

Karena kebiasaan tersebut, pernah suatu kali tenosinovitis menghampiri cukup lama. Penyakit peradangan pada selubung tendon ini termasuk penyakit yang paling sering terjadi pada ibu rumah tangga, umumnya menyerang bagian pergelangan tangan dan pergelangan kaki.

Kondisi saya sendiri saat itu terasa begitu menyakitkan di bagian pergelangan tangan. Untuk menggendong anak saja rasanya tidak sanggup, dan harus diistirahatkan beberapa saat lamanya ketika rasa sakit muncul.

Berdasarkan aktivitas dan pengalaman, maka saya mempertimbangkan gawai dengan bodi ringkas. Tak hanya dalam bentuk yang mini, namun juga fungsi terintegrasi yang memudahkan saya mengakses banyak hal dengan satu tangan saja.

Ditambah lagi, fase tumbuh kembang anak saya membuatnya mudah sekali penasaran dan mengembangkan daya eksplorasinya, kini mulai tertarik dengan ponsel. Karena belum saatnya untuk mengenalkan, seringkali ketika kepergok sedang membuka ponsel, saya terpaksa menyembunyikannya.

Dengan bodi yang kecil tentu akan lebih menguntungkan dalam berbagai hal. Mulai dari mudah digenggam, hingga disembunyikan agar tidak menarik perhatian si kecil.

Layar yang nyaman dan aman

Dengan kondisi mata minus, saya kerap kali harus mengistirahatkan mata selama 20-60 detik jika sudah menatap layar lebih dari 20 menit. Jika tidak demikian, mata akan lebih cepat terasa pedih, memerah, hingga berair. yang menjamin kenyamanan indra penglihat dan peraba.

Belum lagi anak yang mulai memasuki fase terrible two, semakin sering menunjukkan keinginan dan kemandiriannya. Seperti lebih senang makan sendiri yang pastinya lebih banyak meninggalkan sisa makanan berceceran.

Tidak ingin menguburkan daya kreativitas dan perkembangan aspek persona-sosialnya, saya pun membiarkna ia makan sendiri dan akan saya bersihkan setelahnya. Tidak jarang ditengah sesi membersihkan, saya harus menerima panggilan atau membalas pesan penting. Bisa dibayangkan, dengan sisa makanan atau minyak yang masih menempel, saya harus meraih gawai.

Sebab itulah, saya perlu jeli memilih gawai dengan layar yang nyaman untuk mata dan mudah dibersihkan. Akan lebih baik lagi jika didukung dengan kondisi yang tak mudah kotor dan anti air.

Kualitas suara jernih

Perangkat audio pada ponsel pintar bukanlah komponen yang kerap dicari keunggulannya oleh pengguna. Padahal, dengan dilengkapi speaker yang baik akan menghadirkan sensasi yang berbeda ketika menggunakannya.

Sering harus menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar yang juga penutur asli bahasa inggris, saya memerlukan ponsel dengan audio yang jernih untuk memudahkan dalam memahami pengucapan kata. Terutama yang asing di telinga dan punya makna ilmiah yang kuat.

Dengan kemampuan bahasa inggris yang terbatas, dan audio pada ponsel yang bermasalah, tidak jarang saya salah memahami konteks bahasan. Ditambah lagi, ketika harus berdiskusi dengan sesama peserta kelas yang bukan penutur asli, tingkat kesulitan mencerna kalimat pun menjadi 2 kali lipat.

Ponsel dengan pengolah data suara yang jernih merupakan kebutuhan krusial demi kelancaran belajar. Sebab, proses memahami perkuliahan yang banyak dilakukan dengan video, diskusi dengan sesama peserta, hingga mengirim tugas baik dalam bentuk audio maupun video sangat mengandalkan kualitas audio.

Bisa Diajak ‘Kerja Cerdas’

Orang bijak bilang bahwa tidak ada kerja cerdas tanpa kerja keras. Ini semakin meyakinkan saya untuk semakin giat mengembangkan diri dengan belajar berbagai hal yang sesuai dengan passion dan potensi saya.

Gawai dengan prosesor yang menawarkan fitur premium, menjadi incaran sejak lama untuk mendukung saya mewujudkan keyakinan tersebut. Tidak hanya terbaik, namun juga tercepat tentu akan lebih menguntungkan untuk kelancaran mengakses berbagai aplikasi dan informasi.

Oleh karena itu, gawai dengan Central Processing Unit (CPU) dan Graphic Processing Unit (GPU) serta performa kecerdasan buatan yang baik akan membantu proses kerja cerdas. Kemudahan instruksi umum, memproses grafis, dan kelancaran koneksi merupakan kebutuhan mendasar yang tidak bisa diabaikan ketika banyak bersentuhan dengan gawai.

Hemat daya

Kebiasan ibu rumah tangga yang umum terjadi adalah lupa mengisi daya ponsel. Maksud hati ingin digunakan ketika rumah sudah kondusif dan anak lelap dalam tidurnya, namun justru kenyataan baterai lemah memupuskan harapan ibu.

Begitu pula yang sering saya alami. Selepas jam produktif anggota keluarga lainnya, sebagai pekerja nokturnal saya banyak memanfaatkan jam malam untuk berdaya dan berkarya dengan memanfaatkan ponsel. Tapi, yang terjadi adalah kondisi baterai yang super lemah dan membuat saya terpaksa menunda sejenak.

Ponsel yang dilengkapi dengan efisiensi konsumsi daya memang menjadi incaran siapa saja. Saya pun tak ingin ketinggalan dengan barisan ini.

Jika para gamers membutuhkannya untuk bisa memperpanjang waktu bermain, para pembuat konten memanfaatkannya untuk produksi sebanyak-banyaknya. Maka, sebagai ibu rumah tangga saya memerlukannya agar lebih bisa menyeimbangkan diri antara urusan rumah dan pribadi.

ASUS Zenfone 9, Senjata Rahasia Yang Tak Hanya Menjawab Kebutuhan

Menilik pada kebutuhan akan performa ponsel yang tak hanya sebagai sarana komunikasi, tapi juga mendukung dalam merawat mimpi belajar di universitas favorit dunia, saya begitu tertarik untuk mengenal lebih dalam ASUS Zenfone 9. Ponsel yang menjadi produk unggulan ASUS ini, digadang-gadang sebagai flagship ringkas yang mendukung banyak kegiatan produktif.

Sejak diperkenalkan di pasar global pada Juli 2022, produk satu ini sudah mencuri perhatian para pengamat techno hingga content creator. Meski cukup terlambat rilis resmi di Indonesia pada 17 November 2022, nyatanya tidak menyurutkan ketertarikan orang-orang menyambut kehadirannya.

Setiap tahunnya, ASUS memang selalu memberi kejutan pada para pecinta ponsel pintar. Jika ASUS Zenfone 8 menjadi ponsel flagship di 2021, ASUS Zenfone 9 akan mengganti kedudukannya dengan peningkatan kualitas yang akan semakin memanjakan para pengguna.

Dari berbagai foto resmi yang bermunculan di jagad maya, kali ini ASUS tampaknya menonjolkan desain dan fitur kamera. Di tengah maraknya flagship berukuran lebar, produk ini seakan membawa kembali penikmat teknologi generasi kelima pada sejarah lahirnya ponsel.

Jika didefinisikan dari bahasa asalnya, handphone dibentuk dari dua suku kata, yaitu hand yang berarti tangan dan phone yang artinya suara. Pemaknaan ini akan menguatkan ASUS Zenfone 9 dengan ukuran mini yang nyaman dalam genggaman, meski hanya satu tangan.

Saya menangkap bahwa kehadirannya di penghujung tahun 2022, dengan jargon Compact Size Big Possibilities, bukan sekedar menjawab kebutuhan para penggunanya. Tetapi juga menjadi senjata rahasia untuk bisa lebih produktif di tahun berikutnya dengan segala keunggulan fiturnya.
Spec ASUS Zenfone 9
Design Midnight Black
Moonlight White
Sunset Red
Starry Blue
Weight and Dimension 169g, 146.5 x 68.1 x 9.1 mm
Operating System Android 12
Processor Qualcomm® Snapdragon® 8+ Gen 1 Mobile Platform
Qualcomm® Adreno™ 730
Storage UFS3.1 128GB
UFS3.1 256GB
Display 5.9-inch 20:9 (2400 x 1080) 120Hz Samsung AMOLED display 1100 nits maximum brightness Color accuracy, Delta-E < 1 112% DCI-P3, 151.9% sRGB color gamut Corning® Gorilla® Glass Victus™ Supports Always-on display HDR 10 and HDR10+ certified
Rear Camera Main Camera 50 MP Sony® IMX766 flagship sensor - 1/1.56" large sensor, 1.0µm pixel size Quad Bayer technology - 12.5 MP, 2.0 µm large effective pixel size 6-Axis Hybrid Gimbal Stabilizer F1.9 aperture 2x2 OCL PDAF Single LED flash 23.8 mm equivalent focal length in 35 mm film camera Ultrawide Camera 12MP Sony®IMX363 flagship sensor - 1/2.55" sensor, 1.4 µm pixel size F2.2 aperture 113 ̊ field of view Supports 4 cm macro shot Dual PDAF Real-time distortion correction 14.4 mm equivalent focal length in 35 mm film camera Camera modes Photo, Video, Portrait, Pro (RAW file support, up to 32 seconds long exposure), Pro video, Light Trail(Beta)*, Panorama, Night, Timelapse, Slo-mo *Light Trail mode is currently in beta.
Front Camera 12 MP Sony® IMX663 flagship sensor - 1/2.93" sensor F2.45 aperture Dual PDAF 27.5 mm equivalent to 35 mm film camera
Audio Speaker Dual stereo speakers with Dirac HD Sound Multi-magnet stereo speakers with Qualcomm WSA8835 smart amplifiers for louder, deeper and less distorted sound effect Audio Output Hi-Res Audio 192k Hz / 24-bit standard for 3.5mm output Qualcomm Audio CODEC (WCD9380) AudioWizard with multiple listening profiles Microphone Two microphones with OZO Audio Noise Reduction Technology
Video Recording Rear Camera 8K UHD (7680 x 4320) video at 24 fps + EIS 4K UHD (3840 x 2160) video at 30 / 60 fps + EIS 1080p FHD video recording at 30 / 60 fps with HyperSteady 720p HD video recordingat at 30 / 60 fps Time Lapse (4K UHD video) Slow Motion video (4K UHD at 120 fps / 1080p FHD at 240 fps / 720p at 480 fps) Take still photo while recording video (do not support in 8K video recording) Front Camera 4K/30fps or FHD/60fps
Wireless Technology Supports aptX and aptX HD
Integrated WiFi 6/6E* (802.11 a/b/g/n/ac/ax, 2x2 MIMO) Supports Tri-band 2.4 GHz / 5 GHz/ 6 GHz WiFi Bluetooth® 5.2 (BR/EDR + LE), supports LDAC, AAC, Qualcomm® aptX™, aptX™ HD, aptX™ Adaptive, aptX™ Lossless WiFi Direct NFC *WiFi 6E availability and features are dependent on regulatory limitations.
Navigation GNSS support GPS (L1/L5), Glonass (L1), Galileo (E1/E5a), BeiDou(B1i/B1c/B2a), QZSS (L1/L5) and NavIC
Network Standard GSM/GPRS/EDGE; WCDMA/HSPA+/DC-HSPA+; FDD-LTE; TD-LTE; 5G Sub 6 SA/NSA ASUS phone 5G/4G band compatibility varies by region, please check compatibility with local carriers. A version DC-HSPA+ (DL/UL): 42/5.76 Mbps ; LTE DL 5CA (DL/UL): 1600/211 Mbps; 5G NR FR1 (DL/UL): 4.5 Gbps/ 0.9 Gbps 5G Non-Standalone (NSA): n1, n2, n3, n5, n7, n8, n12, n20, n28, n38, n77, n78 5G Standalone (SA): n1, n2, n3, n5, n7, n8, n12, n20, n28, n38 , n77, n78 FDD-LTE (Bands 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 18, 19, 20, 26, 28) TD-LTE (Bands 34, 38, 39, 40, 41, 42) WCDMA (Bands 1, 2, 4, 5, 6, 8, 19) EDGE/GPRS/GSM (2, 3, 5, 8) B version DC-HSPA+ (DL/UL): 42/5.76 Mbps ; LTE DL 6CA (DL/UL): 2000/211 Mbps; 5G NR FR1 (DL/UL): 4.5 Gbps/ 0.9 Gbps 5G Non-Standalone (NSA): n1, n2, n3, n5, n7, n8, n12, n20, n28, n38, n41, n77, n78 5G Standalone (SA): n1, n2, n3, n5, n7, n8, n12, n20, n28, n38, n41 , n77, n78 FDD-LTE (Bands 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 18, 19, 20, 26, 28) TD-LTE (Bands 34, 38, 39, 40, 41, 42) WCDMA (Bands 1, 2, 4, 5, 6, 8, 19) EDGE/GPRS/GSM (2, 3, 5, 8) C version DC-HSPA+ (DL/UL): 42/5.76 Mbps ; LTE DL 6CA (DL/UL): 2000/211 Mbps; 5G NR FR1 (DL/UL): 4.5 Gbps/ 0.9 Gbps 5G Non-Standalone (NSA): n1, n2, n3, n5, n7, n8, n12, n20, n25, n28, n38, n40, n41, n66, n71, n77, n78 5G Standalone (SA): n1, n2, n3, n5, n7, n8, n12, n20, n25, n28, n38, n40, n41, n66, n71, n77, n78 FDD-LTE (Bands 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 18, 19, 20, 25, 26, 28,
Sensor E-compass
Proximity Sensor
Ambient Light Sensor
Hall Sensor
Accelerator
Gyro(Support ARCore)
Side fingerprint
Accelerator E-Compass Proximity Ambient light sensor Fingerprint sensor Gyro (Support ARCore) Hall sensor
Battery 4300mAh (typ) battery
Power Adapter USB power adapter (30W)
Output: +3.3-11.0 V 3.0 A, supports up to 30.0W, PD3.0 PPS / Direct Charge / QC4.0 adapter USB power adapter (30.0 W)

Mempelajari spesifikasinya, membuat saya semakin yakin untuk mempertimbangkan ponsel ini sebagai gawai yang tepat untuk dipinang. Tidak hanya mendukung kemudahan, ASUS juga berusaha menghadirkan kenyamanan bagi pengguna melalui keunggulan berdasarkan berbagai fiturnya sebagai berikut:

Desain ringkas nan elegan

Tidak sedikit para pengguna ponsel yang meragukan desain kompak milik ASUS Zenfone 9 ini. Ukuran yang mini tentu tidak begitu saja diterima publik karena trend HP flagship yang lebar masih digemari.

Tapi, siapa sangka dengan ukuran ini justru membuat penasaran dan menjawab kebutuhan beberapa orang yang lebih nyaman dengan ponsel mini. Tidak hanya itu, bodi ringan yang hanya berdimensi 146,5 x 68,1 x 9,1 mm dengan bobot 169 gram ini hadir lebih bertekstur dengan bagian tepi yang datar.

Meski bagian depan tampak mirip dengan ASUS Zenfone 8, di bagian belakang menjadi pembeda yang kontras. Bagi sebagian orang beranggapan bahwa pembeda mengurangi kesan mewah dari ASUS, tapi buat saya hal tersebut tergantikan dengan permukaan lembut dan nyaman di genggaman karena terbuat dari polimer yang didesain sedemikian rupa menyerupai kertas.

Yang membuat saya berkesan dengan dua buah kamera belakan, meski berukuran besar namun dibingkai dengan ring metal semakin menegaskan kemampuan fotografi yang ditawarkan. Pertama kali melihatnya desain belakang pun akan penasaran dengan hasil tangkapannya.

Sebagai pengguna yang memiliki anak usia toddler yang sedang aktif-aktifnya, juga ibu rumah tangga dengan aktivitas yang kadang bersinggungan dengan air dan debu, ASUS Zenfone 9 sudah dilengkapi sertifikasi IP65/IP68. Dengan demikian, tidak perlu terlalu mengkhawatirkan jika terkena debu dan cairan, apalagi jika tidak disengaja.

Kode IP (Ingress Protection atau ada pula yang mengartikan International Protection) tersebut merupakan klasifikasi dan parameter tingkat perlindungan pada sebuah perangkat terhadap masuknya debu, cairan, ataupun kontak tak disengaja. Dengan pengujian IP sesuai dengan standar Komisi Elektronik Internasional (IEC), semakin menjamin kenyamanan penggunanya.

Untuk semakin menegaskan bagian compact size big possibilities, smartphone ini dibekali ASUS ZenUI9 yang lebih unggul dibanding versi sebelumnya, sekaligus melengkapi penggunaan android 12. Karenanya, akan memudahkan kita mengakses aplikasi hanya dengan dua kali ketukan pada bagian belakang Zenfone 9.

Tombol multifungsi Zen Touch pun sengaja dihadirkan pada satu bagian sisinya. Melalui tombol ini, kita diuntungkan dengan bisa lebih mudah membuka sensor sidik jari hanya dari satu sentuhan, mengakses berbagai fungsi dari fitur yang disediakan seperti membuka notifikasi, menjelajah halaman internet, hingga beralih dari suara ke teks.

Bagi penyuka warna selain hitam, Zenfone 9 juga dihadirkan dengan 4 warna yang elegan. Ada sunset red yang memberikan kesan gagah, moonlight silver dengan tampilan kontras, midnight black membuat ponsel ini tampak mewah, dan starry blue tampak casual dan kalem.

Kamera untuk pengalaman memotret yang berkesan

Selain tampilan yang menggoda, keunggulan kamera dari ASUS Zenfone 9 ini adalah hasil tangkapan yang lebih optimal. Hal ini berkat dukungan sensor Sony IMX766 pada kamera 50 MP yang menawarkan ketajaman dan kemampuan menyerap cahaya yang baik.

Tidak hanya itu, ASUS memberikan sentuhan inovasi pada ponsel flagship ini dengan dilengkapi teknologi Gimbal Stabilization yang membuat hasil tangkapan kamera utamanya tetap stabil dan tidak mudah goyang. Tentu ini menjadi kabar baik bagi orang-orang yang sering ngeblur saat mengambil foto dan tak perlu lagi kecewa dengan hasil foto yang kadang tak sesuai dengan harapan.

Teknologi tersebut juga memungkinkan untuk meningkatkan sensitivitas cahaya keseluruhan. Sehingga dalam kondisi pencahayaan yang kurang pun, akan menghasilkan foto ataupun video dengan lebih baik. Dengan pilihan fitur kamera dalam mode Night, Pro, Panorama, Slow Motion dan Time Lapse, kita lebih bisa mendapatkan pengalaman memotret bak fotografer profesional.

Buat para ibu yang gemar merekam momen bersama si kecil, mengabadikan hasil dekorasi rumah atau hasil masakan, biasanya tak jarang memaksakan tingkat brightness agar foto tampak keren. Perpaduan sensor Sony IMX766 dan teknologi gimbal ini pada hasil fotografi maupun videografi, memberikan kesan tajam dan sedikit noise.

Performa tangguh dan hemat daya

Ketangguhan suatu ponsel sangat bergantung pada prosesor. Bagian ini layaknya otak yang mengontrol kinerja perangkat dan menjalankan semua aplikasi. Mulai dari konektivitas jaringan, fungsi background saat penggunaan aktif, modul pendukung untuk fitur perangkat keras dan perangkat lunak, hingga daya tahan baterai.

Prosesor ponsel pintar dikenal juga dengan sebutan System-on-a-Chip (SoC), berupa chip besar yang terdiri dari banyak sub unit berukuran lebih kecil. Subunit yang punya peran krusial adalah Central Processing Unit (CPU), Graphics Processing Unit (GPU), diikuti komponen lain seperti pengoperasioan kamera, enkoder video, dan pemutar audio.

Dalam hal ini, untuk mendukung desain yang ringkas, ASUS Zenfone 9 dilengkapi dengan Qualcomm Snapdragon 8+ Gen 1 prosesor terbaik dan tercepat untuk ponsel flagship Android. Chipset satu ini diunggulkan karena kecepatan CPU serta GPU 10 persen lebih kencang dari pendahulu Snapdragon 8 Gen 1 sebagai pendahulunya. Konsumsi dayanya pun bisa mencapai 30% lebih hemat, sekaligus performa kecerdasan buatan ( AI) 20% lebih baik.

Kebayang kan, ketangguhan kinerja prosesor pada ASUS Zenfone 9? Digunakan untuk kerja keras dan kerja cerdas pun tampaknya tak masalah. Performa yang mumpuni bisa menjadi pilihan untuk dijadikan sebagai ponsel pendukung produktivitas.

Apalagi buat yang hobi beraktivitas sepanjang hari melalui ponsel, kapasitas baterai yang dimiliki oleh ASUS Zenfone 9 mencapai 4300 mAh dengan hypercharge adapter 30-watt. Untuk penggunaan normal, memungkinkan kita menggunakannya selama lebih dari 1,5 hari.

Dukungan dari teknologi teknologi STP (Specific Tab Process) juga meningkatkan kemungkinan pengisian baterai diisi dari middle and out. Sekaligus memperlama daya tahan baterai.

Layar mendukung kenyamanan indera penglihat dan peraba

Dalam perkembangan ekosistem digital, orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan gawai. Mulai dari pembelajaran jarak jauh, bekerja remote yang bisa dilakukan di mana saja, hingga transaksi ekonomi. Belum lagi refreshing yang memusatkan sebagian besar dari kita pada media sosial.

Dilansir dari laman Independent, dari survei yang diikuti oleh 2000 orang di Inggris, rata-rata orang dewasa akan menghabiskan 34 tahun hidup mereka menatap layar gadget. Menghabiskan lebih dari 4.866 jam setahun untuk menggunakan ponsel, laptop, dan televisi.

Sedangkan Menurut survei Global Web Index (GWI) yang dimuat dalam laman katadata.com, rata-rata konsumen menghabiskan waktu 2 jam 28 menit, atau 148 menit per hari untuk khusus mengakses media sosial. Hal ini tentu bukan sekedar angka yang menunjukkan kabar baik.

Lebih dari itu, paparan sinar biru dari layar gadget yang terlalu intens, akan membuat otot-otot mata menjadi cepat lelah dan penglihatan menjadi buram. Berkurangnya frekuensi berkedip ini akan membuat mata kering dan perih.

Guna menjamin kenyaman dan lebih menjaga kesehatan mata bagi penggunanya, ASUS Zenfone 9 menggunkaan layar super AMOLED. Teknologi layar ini mengembangkan tampilan menggunakan dioda pemancar cahaya organik atau Organic Light-emitting Diode (OLED), dengan menggabungkan bahan organik yang menyala ketika bersentuhan dengan listrik. Penyisipan bahan organik ini juga berfungsi mengurangi paparan radiasi sehingga lebih aman bagi kesehatan mata. Sementara Super AMOLED atau Super Active-Matrix Organic Light-Emitting Diode mengacu pada teknologi tampilan yang lebih unggul dibanding dua versi sebelumnya, yaitu OLED dan AMOLED.

Sebenarnya, teknologi AMOLED dan Super AMOLED ini tidak jauh berbeda. Aspek active-matrix pada AMOLED yang membedakannya dari OLED berfungsi sebagai pendeteksi sentuhan selain untuk menampilkan cahaya.

Meski identik dalam hal penggabungan sensor cahaya dan sentuh sehingga layar dapat dibaca dan dimanipulasi. Namun, lapisan yang mendeteksi sentuhan pada Super AMOLED tertanam langsung pada layar, tidak sepenuhnya terpisah di atas layar sebagaimana pada AMOLED.

Secara sederhananya, lanjutan dari AMOLED ini layar dan touchscreennya tergabung dalam satu elemen yang membuatnya tampak sangat tipis.

Teknologi tampilan ini menjadi favorit bagi mereka penggemar wallpaper gelap dan hitam. Selain menghasilkan kontras warna yang akurat, juga dinilai punya kemampuan menghemat daya karena pixelnya benar-benar mati ketika berwarna hitam.

Layar lanjutan dari AMOLED ini Biasanya, menyertakan fitur fingerprint pada layar lantaran mempunyai lapisan sentuhan sensitif. Super Amoled diklaim sebagai layar yang tipis banget, serta responsif yang begitu bagus. Wajar jika ia sering didapati di beberapa handphone gaming, karena responsifnya itu.

Dengan ukuran 5,9 inc, resolusi layarnya sudah Full HD+ (1080 x 2400 piksel) membuat kerapatan pixelnya tembus 445 ppi. Ditambah lagi kolaborasi dengan Pixelworks sebagai perusahaan pemrosesan visual terkemuka, mampu menghadirkan akurasi warna yang tinggi.

Dari segi sentuhan, layar ASUS Zenfone 9 sudah mendukung refresh rate 120 Hz dan touch sampling rate 240 Hz. Sebab itulah tampilan layar akan tampak lebih mulus serta responsif.

Melengkapi keamanan untuk aspek tahan cairan dan debu, layarnya pun telah dilindungi oleh Corning Gorilla Glass Victus. Ini memperkuat fisik ponsel dengan membantu bertahan dan melindungi layar ketika terjatuh hingga ketinggian 2 meter di permukaan keras. Sebagai perbandingan, pada Gorilla Glass generasi sebelumnya hanya bisa bertahan saat jatuh dari ketinggian 1,6 meter.

So, bukan hanya melindungi mata kita saja, teknologi layar yang digunakan juga memudahkan scrolling dan menjaga ponsel dari kerusakan parah. Tidak mengherankan jika penggunaan super AMOLED mempengaruhi harga yang cukup tinggi pula.

Audio jernih bebas gangguan

Kualitas audio yang baik akan sangat menyenangkan bagi mereka yang hobi mendengarkan musik, menyimak podcast, streaming, hingga yang hobi maraton nonton film ataupun drama. Dengan memanfaatkan Dual Stereo Speakers Qualcomm WSA8835, sekaligus 3,5mm Headphone Jack Qualcomm WCD9380, Super Liner Speaker 12x16mm dan 10x12mm tak perlu diragukan lagi kualitas suara yang dihasilkan.

Belum lagi audio HDR yang ada memungkinkan pengguna merekam suara dari yang lirih sekalipun hingga keras menggelegar. Teknologi 3D surround-nya mampu merekam lebih akurat berbagai suara di alam.

Disempurnakan dengan Wind Noise Reduction, gangguan suara bising akan lebih optimal diredam. Sehingga kita bisa mendapatkan hasil rekaman yang lebih jernih dan bebas gangguan.

Menjatuhkan Pilihan Yang Tepat Pada ASUS Zenfone 9 Sebagai Partner Belajar

Menilik berbagai keunggulan dan fitur yang ditawarkan dalam bodi ringkas pada ASUS Zenfone 9, menobatkannya sebagai teman belajar bukanlah suatu hal yang berlebihan. Ponsel satu ini bisa dengan kompak menawarkan beragam kelebihan untuk lebih memudahkan saya dalam belajar.

Ukuran mini yang mendukung akses berbagai fitur dengan satu genggaman, merupakan daya tarik utama yang membuat saya jatuh cinta. Ditambah lagi teknologi audio dan pendukung kamera, tentunya semakin memantapkan saya untuk menobatkan Zenfone 9 sebagai ponsel flagship terbaik di tahun 2022.

Tiga hal di atas sudah lebih dari cukup memenuhi spesifikasi smartphone idaman dalam mewujudkan impian. Apalagi jika ditambah dengan kinerja yang mumpuni dalam melakukan berbagai aktivitas dengan ponsel di waktu yang sama. Ketahanan baterainya pun bisa menjadi nilai lebih yang bisa diperhitungkan.

Mengakses materi perkuliahan setiap hari, harus menyimak video penjelasan, hadir dalam forum diskusi, serta mengerjakan tugas, saya bisa mengandalkan Zenfone 9 sebagai partner belajar. Pun tetap bisa multitasking karena kepraktisannya.

Meski demikian, tidak pernah ada hasil karya manusia yang benar-benar sempurna. Bagi pecinta ponsel tipis, desain dari ASUS Zenfone 9 ini masih tampak tebal. Kamera yang menonjol pun ketika diletakkan dengan layar di atas, bisa tampak seperti penyangga.

Tapi, beragam kelebihan yang ada sepertinya cukup menutupi kekurangannya. Saya juga percaya bahwa ASUS bisa mengevaluasi setiap produk unggulannya dengan baik dan dijadikan bahan untuk terus berinovasi guna menghadirkan yang terbaik.

Buat kalian yang mau beli Zenfone 9, udah bisa kalian dapatkan melalui partner dan channel pembelian resmi produk ASUS antara lain Erafone, Tokopedia, ASUS Exclusive Store, ASUS Online Store. HP keren satu ini bisa dimiliki dengan harga mulai dari Rp7.999.000.

Saya selalu percaya bahwa memilih gawai yang tepat akan lebih membuat hidup kita lebih berwarna. Bukan hanya soal kejadian hidup yang bisa kita abadikan dalam setiap unggahan. Melainkan, nilai diri yang bisa kita tingkatkan dari memanfaatkan gawai tersebut.



 “Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS Zenfone 9 Blog Writing Competition di Blog Widyanti Yuliandari


Referensi:
https://www.asus.com/id/mobile/phones/zenfone/zenfone-9/
https://www.elppas.com/2022/08/mengenal-chipset-qualcomm-snapdragon-8.html
Materi webinar bersama Mbak Widyanti Yuliandari dan Tim ASUS

Related Posts

Posting Komentar