About Me

Follow on Facebook

header blog terbaru

Jangan Buru-buru Mendaftarkan Kursus, Beikut Tips Mengenalkan STEAM Pada Anak Usia Dini

Posting Komentar
mengenalkan STEAM pada anak usia dini

Sebagai Sarjana Sains dari bidang Fisika dan sempat mengajar mata pelajaran Fisika untuk sekolah menengah, saya sering kali merenung kapan waktu yang tepat untuk mengenalkan STEAM pada anak yang masih berusia 3 tahun?

Bagi saya, mengenalkan STEAM pada anak usia dini bukan soal menjadikan mereka ilmuwan cilik atau insinyur masa depan. Bukan pula membebani anak dengan pelajaran atau aktivitas yang sekedar mengisi pengetahun tanpa esensi.

Lebih dari itu, belajar STEAM adalah tentang menumbuhkan rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, dan kecintaan terhadap belajar. Nah, jika ada yang tertarik juga menjadi STEAM parent, mari kita mulai perjalanan ini bersama!

Apa Itu STEAM dan Kenapa Penting untuk Anak?

Belakangan ini, metode STEAM cukup ramai dibicarakan. Terlebih, sejak muncul tayangan kompetisi mahasiswa dan siswa jenius, seperti University War dari Korea Selatan atau Ruangguru Clash of Champions dan Academy of Champions.

Banyak orang tua yang punya ambisi menjadikan anak mereka sejenius para peserta kompetisi tersebut. Namun, sebelum jauh menerapkan metode satu ini untuk belajar anak, yuk kita bahas sekilas tentang apa itu STEAM?

STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat menstimulasi kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kreatif dan kolaborasi anak. Merupakan pengembangan dari STEM, tanpa adanya penambahan seni (art).

Bermula dari National Science Foundation (NSF) di Amerika Serikat yang mencetuskan metode STEM pada awal tahun 1990. Metode STEM awalnya dikembangkan dengan akronim SMET (Science, Mathematics, Engineering, and Technology). Baru di tahun 2003, SMET berkembang menjadi STEM.

Gerakan STEM hadir sebagai upaya untuk mengatasi keprihatinan terhadap generasi muda di Amerika Serikat yang kehilangan minat terhadap sains, matematika, dan teknik. Selain itu, metode ini juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing perekonomian global.

Dalam perkembangannya, model pembelajaran STEAM (Sciences, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics) diinisiasi oleh Rhode Island School of Design dengan menambahkan art ke dalam kerangka STEM. Dianggap sebagai model pembelajaran yang ideal untuk diterapkan di berbagai jenjang pendidikan abad ke 21 ini.

Mengapa penting mengenalkan STEAM pada anak usia dini? Di usia ini, fokusnya bukan pada konsep rumit, tapi pada aktivitas menyenangkan yang membangkitkan rasa ingin tahu anak. Dengan STEAM, anak-anak belajar berpikir logis, bekerja sama, dan menemukan solusi—keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan ketika solusi kreatif berbasis teknologi menjadi skill mendasar yang perlu dikuasai.

10+ Tips Mengenalkan STEAM Untuk Anak Usia Dini

tips mengenalkan STEAM pada anak usia dini
Saat membagikan aktivitas anak yang berbasis STEAM, hal yang paling sering ditanyakan oleh orang tua lainnya adalah rekomendasi permainannya apa saja? Atau percobaan apa saja yang oke buat anak usia dini?

Sejujurnya, bisa saja saya membagikan rekomendasi permainan atau percobaan ilmiah yang cocok untuk anak usia dini. Pun di berbagai sumber online, sudah banyak pula yang membahas lengkap dengan tutorialnya.

Tapi, bagi saya, mengajarkan metode ini perlu dibarengi dengan usaha orang tua menginternalisasi nilai-nilai dalam STEAM itu sendiri. Sebab, apapun aktivitasnya bisa dijelaskan dengan sudut pandang STEAM.

Tidak harus orang tua dengan latar belakang pendidikan sains atau engineering. Semua orang tua bisa menjadi STEAM parent. Bagaimana caranya? Yuk, simak tips berikut!

1. Jadikan STEM Bagian dari Aktivitas Sehari-Hari

STEM tidak harus rumit. Misalnya, saat memasak bersama, kita bisa mengajarkan anak tentang ukuran, waktu, atau reaksi kimia sederhana. Seperti saat melibatkan anak membuat kue, bisa mengamati perubahan wujud benda, “Lihat, mentega meleleh! Itu artinya, dia berubah dari padat ke cair!”. Sederhana, bukan?

Kita tidak harus menjadi ilmuwan untuk memberikan pemahaman atau menjawab pertanyaan sederhana seputar STEAM. Gunakan bahasa yang sesuai dengan usia anak, dan biarkan mengalir begitu saja dalam dialog sehari-hari.

2. Eksplorasi di Alam Terbuka

Sesuai fitrahnya, anak-anak suka sekali bermain di alam. Seperti anak saya yang suka mengamati apa saja. Mulai dari daun-daun yang jatuh, warna bunga, atau serangga kecil yang lewat. Ini adalah peluang emas untuk mengajarkan konsep biologi sederhana.

Kita bisa memantik dengan pertanyaan, "Coba hitung ada berapa kaki semut ini!" atau “Wah, kok bisa ya pohon jadi tinggi?”. Dengan begitu, mereka belajar observasi dan analisis secara alami.

3. Gunakan Permainan untuk Menyisipkan STEAM

Permainan seperti menyusun gelas plastik, mobil-mobilan, atau sekedar menempel sticker bisa menjadi pintu masuk untuk mengenalkan STEAM pada anak usia dini. Saat bermain dengan balok, parent bisa bertanya, "Apa ya yang bisa kita lakukan agar menaranya tidak jatuh?".

Hal ini membantu anak berpikir kritis dan mencari solusi. Anak-anak usia dini adalah pembelajar aktif. Mereka senang mencoba, gagal, dan mencoba lagi.

4. Menyelipkan STEAM dalam Cerita dan Buku Bacaan

Mengenalkan buku untuk anak bisa kita manfaatkan untuk mengajarkan STEAM. Selain dengan memilih buku atau cerita bertema STEAM, kita juga bisa memanfaatkan buku-buku yang ada. Seperti saat membaca buku Bermain ke Rumah Rasulullah, “Yuk, kita hitung berapa banyak pohon kurma di halaman ini!”.

Bisa juga dengan mengembangkan dari cerita yang anak-anak familiar. Misalnya, cerita tentang kura-kura dan kelinci balapan, “Berapa ya kaki kelinci itu?”. Cara ini akan membantu anak mengembangkan imajinasi mereka.

5. Eksperimen Sederhana di Rumah

Eksperimen tidak harus rumit! Kita bisa memulai dengan hal sederhana, seperti mencampurkan sabun dalam segelas air untuk membuat busa atau gelembung. Buatlah dialog dan kesan mendalam untuk memancing reaksi anak melihat fenomena tersebut.

Setelah itu, ajak anak berdiskusi. "Kenapa ya bisa jadi gelembung kalau ditiup?" Jangan khawatir jika kita tidak punya semua jawabannya. Karena proses mencari tahu bersama adalah bagian terbaiknya.

6. Dorong Anak untuk Bertanya

Anak-anak adalah makhluk paling ingin tahu. Mereka akan bertanya banyak hal, dari yang sederhana seperti "Kenapa harus makan?" hingga yang rumit seperti "Kenapa pesawat bisa terbang di atas?".

Tugas kita adalah mendorong mereka untuk terus bertanya. Jika kita tidak tahu jawabannya, katakan saja, "Ayo kita cari tahu bersama." Ini mengajarkan mereka bahwa belajar adalah proses tanpa akhir, bisa dilakukan sepanjang hayat.

7. Gunakan Teknologi dengan Bijak

Teknologi bisa menjadi alat yang luar biasa jika digunakan dengan tepat. Untuk anak di atas usia 3 tahun, saya mulai mengenalkan fungsi smartphone untuk komunikasi dan belajar melalui aplikasi interaktif untuk anak.

Namun, penting untuk membatasi screen time dan memastikan konten yang mereka konsumsi berkualitas serta dengan pendampingan. Misalnya, gunakan aplikasi yang mengajarkan coding sederhana untuk anak-anak. Percayalah, mereka akan sangat menikmatinya!

8. Bangun Kebiasaan Eksplorasi dan Eksperimen

Setiap kali ada kesempatan, dorong anak untuk mencoba sesuatu yang baru. Misalnya, biarkan mereka mencoba mencampur warna cat air untuk melihat hasilnya.

Saya biasanya berkata, "Coba tebak, apa yang akan terjadi kalau kita mencampur warna kuning dan biru?" Ini tidak hanya mengajarkan STEAM, tetapi juga melatih mereka untuk berpikir kreatif.

9. Berikan Contoh Nyata

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Saat saya membaca buku atau melakukan hal yang bisa dijelaskan dalam sudut pandang STEAM, anak saya sering bergabung. Ini menjadi momen untuk menunjukkan bahwa belajar itu menyenangkan.

Saya juga suka menceritakan fenomena alam atau penemu barang-barang yang anak bisa langsung merasakan manfaatnya. Hal ini bisa menstimulasi dan menginspirasi mereka untuk mencintai belajar serta merawat keingintahuan.

10. Dukung Rasa Percaya Diri Anak

Kadang, anak-anak merasa ragu jika tidak langsung memahami sesuatu. Sebagai orang tua, tugas kita adalah memberikan dukungan dan memastikan mereka merasa nyaman untuk mencoba berbagai hal.

Katakan, “Tidak apa-apa kalau belum bisa, yang penting kamu sudah mencoba. Ayo kita coba lagi!”. Dengan demikian, bisa membuka jalan bagi anak untuk terus berani mencoba dan belajar dari sebuah kegagalan.

11. Ikut Belajar Bersama Anak

Kunci paling utama menjadi STEAM parent adalah kemauan untuk belajar hal baru bersama anak. Ketika anak saya penasaran dengan hewan-hewan di dasar laut, bahkan anglerfish yang saya tidak familiar sama sekali, saya mencari terlebih dahulu dari berbagai sumber.

Di kesempatan lainnya, saya juga mengajak anak untuk mempelajari bersama. Ternyata, momen seperti ini tidak hanya mendidik, tetapi juga menguatkan bonding antara orang tua dan anak.

Memulai Perjalanan Belajar Menjadi STEAM Parent

pendidikan STEAM untuk anak
Menjadi STEAM parent bukan tentang menguasai semua hal teknis, melainkan tentang menciptakan lingkungan di mana anak merasa didukung untuk bertanya, bereksperimen, dan menemukan hal baru. Sebagai seorang ibu, perjalanan ini bukan hanya membantu anak saya tumbuh, tetapi juga menghidupkan kembali rasa ingin tahu saya sendiri.

Jadi, bagaimana? Sudah siapkah menjadi STEAM parent untuk si kecil? Yuk, mulai dengan langkah sederhana dan lihat betapa menyenangkannya mengenalkan STEAM untuk anak usia dini! Jangan lupa untuk berbagi pengalaman di kolom komentar—siapa tahu pengalaman Anda bisa menginspirasi orang tua lainnya. Selamat mencoba!



Referensi:
  1. Juniardi, Wilman. (2023, 8 Januari). “Pembelajaran STEAM: Pengertian, Tujuan, dan Contoh Penerapannya”. Diakses pada 3 Januari 2025, dari https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pembelajaran-steam
  2. Matimona, Putri Diah & Maryatun, Ika Budi. (2023). Implementasi Metode Pembelajaran STEAM pada Kurikulum Merdeka untuk PAUD. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(6), 6493-6504

Related Posts

Posting Komentar