Aku masih ingat betul hari-hari setelah melahirkan anak pertamaku. Di tengah malam setelah terbangun untuk menyusui, aku pernah panik mencari ponsel yang ternyata aku genggam. Tidak jarang juga membuka kulkas lalu terdiam, lupa apa yang ingin kuambil. Bahkan, aku pernah lupa nama anak tetangga yang hampir setiap hari kutemui!
Awalnya kupikir hanya karena kelelahan biasa. Sampai aku membaca sebuah postingan yang tanpa sengaja lewat di beranda instagram. Seorang ibu yang membagikan pengalaman serupa, merasa otaknya error setelah melahirkan. Dari situlah aku tahu, fenomena ini ada namanya, momnesia atau mommy brain.
Apa Itu Momnesia atau Mommy Brain?
Momnesia atau mommy brain adalah kondisi di mana ibu baru mengalami kesulitan mengingat sesuatu, menjadi pelupa, dan merasa otaknya tidak bekerja secepat dulu. Istilah ini mulai dikenal sejak beberapa dekade lalu, tetapi penelitian ilmiah tentangnya semakin berkembang dalam 20 tahun terakhir.Secara ilmiah, mommy brain merujuk pada perubahan kognitif yang terjadi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Penelitian yang diterbitkan dalam Nature Neuroscience menemukan bahwa otak ibu mengalami penyusutan di beberapa area tertentu, terutama di bagian yang berhubungan dengan daya ingat dan fungsi eksekutif. Hal ini terjadi sebagai bentuk adaptasi otak untuk lebih fokus pada kebutuhan bayi.
Hormon seperti progesteron dan oksitosin memiliki peran besar dalam perubahan ini. Progesteron tinggi saat hamil dapat menurunkan fungsi memori. Sementara oksitosin membantu ikatan dengan bayi tetapi juga dapat mengalihkan fokus dari tugas-tugas lain.
Berdasarkan survey dari The Australian Journal of General Practice menemukan bahwa 80% ibu mengakui bahwa menjadi lebih mudah lupa setelah melahirkan. Sementara hasil sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Neuroscience menyebutkan bahwa perubahan struktur otak ini bisa bertahan hingga dua tahun setelah melahirkan.
Langkah Praktis Mengatasi Momnesia yang Bisa Dicoba
Meski momnesia adalah hal yang wajar, bukan berarti kita harus pasrah atau menyalahkan proses melahirkan. Berikut adalah beberapa langkah realistis yang bisa dilakukan berdasarkan anjuran pakar:1. Tidur Cukup
Kurang tidur adalah salah satu penyebab utama gangguan daya ingat pada ibu baru. Ketika tubuh kurang istirahat, otak tidak memiliki cukup waktu untuk memproses informasi dan menyimpan memori dengan baik. Oleh karena itu, meskipun tidur malam sering terganggu karena bayi terbangun, ibu bisa mencoba ikut tidur siang sebentar ketika bayi tidur. Hal ini bertujuan untuk menjaga pola tidur yang lebih konsisten juga membantu otak lebih optimal dalam menjalankan fungsinya.Selain itu, kualitas tidur lebih penting daripada kuantitasnya. Untuk mengupayakannya, bisa dengan memastikan kamar tidur nyaman, memanfaatkan teknik relaksasi sebelum tidur, dan menghindari hindari layar gadget setidaknya satu jam sebelum tidur. Ibu juga bisa minta bantuan pasangan atau anggota keluarga lain untuk bergantian menjaga bayi agar ibu mendapatkan tidur yang lebih berkualitas. Dengan begitu, daya ingat dan konsentrasi akan lebih terjaga.
2. Gunakan Catatan dan Pengingat
Menggunakan catatan dan pengingat bisa menjadi solusi praktis untuk mengatasi pelupa setelah melahirkan. Ibu bisa mencatat jadwal penting, daftar belanja, atau tugas yang harus dilakukan dalam aplikasi pengingat di ponsel, sticky notes, atau jurnal harian. Metode ini membantu otak lebih terorganisir dan mengurangi stres akibat lupa hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.Manfaat lain dari membiasakan diri mencatat adalah membantu meningkatkan fungsi otak dalam menyimpan memori jangka panjang. Menulis sesuatu dengan tangan terbukti lebih efektif dalam membantu otak mengingat informasi dibandingkan hanya mengandalkan ingatan. Dengan cara ini, ibu bisa lebih mudah mengatur aktivitas sehari-hari tanpa merasa kewalahan.
3. Konsumsi Makanan yang Baik untuk Otak
Nutrisi yang tepat sangat berperan dalam meningkatkan daya ingat dan menjaga kesehatan otak. Konsumsi makanan yang kaya akan omega-3 seperti ikan, kacang-kacangan, dan chiaseed dapat membantu memperbaiki fungsi kognitif. Selain itu, antioksidan yang terdapat dalam buah beri, sayuran hijau, dan dark chocolate juga dapat melindungi otak dari stres oksidatif yang bisa mempercepat penurunan fungsi memori.Tak hanya itu, menjaga asupan cairan juga penting untuk kesehatan otak. Dehidrasi dapat menyebabkan kelelahan mental dan kesulitan berkonsentrasi. Oleh karena itu, ibu perlu memastikan untuk minum cukup air setiap hari agar otak mampu bekerja dengan optimal dalam menyimpan serta mengolah informasi.
4. Latih Otak dengan Aktivitas Sederhana
Melatih otak dengan aktivitas ringan dapat membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi. Bermain teka-teki silang, sudoku, membaca buku dan mengkonsumsi berita positif bisa merangsang otak untuk tetap aktif. Aktivitas ini selain untuk mother culture, juga membantu dalam mengatasi momnesia dan mencegah penurunan fungsi otak di masa depan.Ditambah lagi dengan menulis jurnal harian atau mencatat momen penting dalam hidup juga bisa menjadi latihan yang efektif untuk meningkatkan daya ingat. Dengan cara ini, otak akan terbiasa merekam informasi dengan lebih baik dan mengurangi risiko lupa dalam kehidupan sehari-hari.
Momnesia Itu Nyata, dan Itu Tidak Masalah!
Momnesia bukan mitos, melainkan enomena yang menandakan adanya perubahan nyata di otak ibu setelah melahirkan. Namun, perubahan ini juga bagian dari proses adaptasi yang luar biasa. Alih-alih merasa takut atau stres, kita bisa menerimanya sebagai bagian dari perjalanan menjadi ibu. Lagipula, otak kita memang sedang bekerja keras untuk hal yang lebih besar, yaitu membangun ikatan dengan si kecil.Jadi, buat para ibu yang sering merasa ‘kok aku jadi gampang lupa, ya?’, tenang saja. Ibu tidak sendiri. Kabar baiknya, momnesia bisa diatasi dengan kebiasaan yang lebih sehat dan pola pikir yang lebih fleksibel. Keadaan ini juga akan pulih dalam rentang dua minggu atau selambat-lambatnya dua hingga tiga tahun.
Yuk, semangat jaga kesehatan diri dengan terus memperbaiki pola hidup kita. Karena ibu yang bahagia adalah ibu yang juga merawat dirinya sendiri, bukan hanya bayinya.
Daftar Pustaka
- Brunton, P. J., Russell, J. A., & Hirst, J. J. (2008). Progesterone and oxytocin interactions in the regulation of stress responses and maternal behavior. Progress in Brain Research, 170, 267-282.
- Hoekzema, E., Barba-Müller, E., Pozzobon, C., Picado, M., Lucco, F., García-García, D., ... & Vilarroya, O. (2017). Pregnancy leads to long-lasting changes in human brain structure. Nature Neuroscience, 19(5), 1091-1095.
- Kim, P., Strathearn, L., & Swain, J. E. (2016). The maternal brain and its plasticity in humans. Hormones and Behavior, 77, 113-123.
- Ross, K. M., & Graham, B. M. (2018). Memory changes during pregnancy and the postpartum period: A meta-analysis. The Journal of Neuroscience, 38(14), 3370-3380.
- Thornton, C. L., & D’Angelo, M. R. (2020). Cognitive adaptations to motherhood: Evidence from human and animal studies. The Australian Journal of General Practice, 49(6), 369-375.
Posting Komentar
Posting Komentar