About Me

Follow on Facebook

header blog terbaru

Perjalanan Memperbaiki Diri Dengan Mengikuti Matrikulasi IIP Batch 11

Posting Komentar
motherhood quote
Menjalani peran sebagai Ibu Rumah Tangga merupakan pilihan yang saya ambil sejak awal menikah. Ingin memberdayakan segala potensi yang dimiliki untuk sepenuhnya membangun rumah tangga yang berdaya.

Jika keluarga merupakan pondasi utama bagi tegaknya sebuah peradaban, maka rumah adalah pusat peradaban itu bermula. Maka dari itu, dengan penuh kesadaran saya memilih peran sebagai ibu rumah tangga agar lebih optimal membangun kekuatan dari wilayah domestik.

Meski memilih dengan suka hati dan tanpa paksaan, bukan berarti saya jauh dari insecure dengan para ibu yang berperan di ranah publik. Tetap saja muncul ketidakpercayaan diri, bahkan perasaan tak berharga.

Apalagi pertama kali hamil harus bedrest total karena ancaman keguguran. Begitu anak lahir, di usia 4 bulan didiagnosa terinfeksi TB dan di usia 2 tahun baru bisa jalan karena gross motor delay. Sebagai ibu yang full di rumah tanpa kesibukan lain, sudah pasti saya begitu merasa bersalah dan merasa tidak becus mengurus anak.

Belum lagi kekhawatiran terhadap segala tantangan zaman yang kelak harus dihadapi anak. Entah itu isu kesehatan mental, pergaulan yang semakin bebas, beragam tindak kekerasan verbal maupun non verbal, krisis iklim, dan berbagai fitnah akhir zaman lainnya.

Hari-hari menjadi ibu dengan segala tantangan dan dinamikanya, terasa begitu berat. Sampai-sampai melupakan bahwa ada aspek dalam diri saya sebagai seorang individu yang perlu disapa, dikenali kembali, dan dipahami.

Perasaan dan kekhawatiran tersebut justru menjadikan saya overthinking yang mengakibatkan kurang produktif dalam mengasuh maupun mengembangkan diri. Hingga pada suatu ketika, saya merasa harus membebaskan diri dari hal-hal negatif tersebut.

Dari situlah akhirnya saya mencari cara yang tepat untuk belajar agar bisa bertumbuh, berdaya, dan bermakna. Sebagai jantung emosi di keluarga, maka saya perlu menjadi ibu yang bahagia agar keluarga pun bahagia. Beruntungnya, di pertengahan tahun 2022 saya bertemu dengan Ibu Profesional yang memang sudah sejak lama menjadi incaran untuk mengembangkan diri.

Meskipun sebenarnya sudah ingin mendaftar sejak lama, tapi entah kenapa dulu belum terlalu yakin untuk ikut. Barulah pada Foundation 13 saya mantab untuk mendaftar dan akhirnya bisa bertahan hingga menjadi mahasiswa Matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP) Batch 11 dan mengikuti kegiatan lainnya seperti Bootcamp Duta Inklusif 2023.

Memulai Perjalanan Bersama Ibu Profesional

Keikutsertaan di perkuliahan IIP ini saya anggap sebagai bentuk pertolongan Allah agar saya kembali menjadi pribadi yang utuh. Menjalani serangkaian materi yang membuka jalan untuk menyeimbangkan peran sebagai individu, istri, dan ibu.

Mulai dari Pra Matrikulasi yang menguatkan bahwa saya tidak berjuang sendiri, melainkan ada rekan-rekan dari Institut Regional Banyumas Raya yang bisa menjadi teman perjalanan. Hingga serangkaian materi dalam matrikulasi yang membuat saya semakin yakin dengan jalur pengembangan diri yang akan saya ambil.

Berawal dengan mengenali kebutuhan diri tentang apa yang akan dipelajari selama matrikulasi beserta bekal yang harus dipersiapkan. Juga bagaimana memaksimalkan potensi menjadi istri sekaligus partner berjuang bagi suami untuk bisa bertahan dalam badai. Maupun ibu sebagai role model sekaligus partner belajar dan bertumbuh bagi anak.

Refleksi Karakter Moral Ibu Profesional

karakter moral ibu profesional
Dalam serangkaian kegiatan matrikulasi, ada satu materi yang akhirnya mengubah sudut pandang hidup saya, yaitu tentang karakter moral Ibu Profesional yang terdiri dari 5 poin, yaitu:

1. Never stop running, the mission alive.

Sebagai individu, akan selalu ada misi hidup yang harus diperjuangkan. Sudah seharusnya, kita bersungguh-sungguh menjalankan peran tersebut dengan menyiapkan sebaik-baik bekal.

2. Don't teach me, I love to learn

Semangat belajar sepanjang hayat harus dimiliki seorang perempuan, apapun profesinya. Sebagai seorang ibu dan pendidik utama, mengembangkan dan membekali diri dengan ilmu tidaklah mengenal usia.

3. I know I can be better

Perubahan menjadi lebih baik adalah keharusan. Itulah sebabnya, seorang perempuan yang meyakini akan perubahan ke arah positif harus mengikhtiarkannya.

4. Always on time

Mampu menghargai waktu adalah kunci kesuksesan menjalani hidup. Dengan memahami dan melaksanakan karakter moral ini, diharapkan setiap perempuan bisa semakin profesional menjalankan perannya.

5. Sharing is caring

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Untuk itu, sebagai individu perlu mengambil peran sesuai kapasitasnya sebagai bentuk kepedulian dan meluaskan manfaat bagi sekitarnya.

Dari kelima karakter moral tersebut saya menyadari bahwa kekuatan saya adalah selalu punya semangat belajar. Ya, saya suka mempelajari apapun, terutama digital skills yang bisa mendukung karir profesional sebagai ibu yang ingin berkarya dari rumah.

Di sisi lain, always on time adalah kelemahan terbesar saya. Dengan kata lain, saya punya manajemen waktu yang buruk. Gemar belajar tapi tidak pandai dalam mengatur waktu yang justru menjadikan kurang konsisten menerapkan apa yang telah dipelajari.

Manajemen Waktu Efektif Untuk Memperbaiki Diri

Menyadari kekuatan dan kelemahan dari karakter moral Ibu Profesional, saya memutuskan untuk memahami diri kembali. Mencari teknik manajemen waktu yang tepat untuk dipraktekkan sebagai upaya menghargai dan memperbaiki diri. Hingga akhirnya bertemu dengan time blocking, teknik manajemen waktu dengan membagi waktu dalam blok-blok kecil.

Memulai Perbaikan Diri dengan Menerapkan Time Blocking

time blocking
Membagi aktivitas harian dalam koridor waktu tertentu ternyata membuat saya lebih teratur namun tetap fleksibel. Terlebih bagi seorang ibu dengan anak usia toddler dan sedang merintis karir sebagai freelance writer.

Otomatis saya harus semakin bisa mengatur waktu untuk mengurus rumah, membersamai anak, belajar mengembangkan diri, dan membuat tulisan untuk pekerjaan. Adapun cara untuk lebih konsisten menerapkan time blocking adalah sebagai berikut:

1. Membuat to-do-list

Tidak bisa dipungkiri bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga seolah tidak ada habisnya. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Untuk memudahkan, perlu dibuat daftar pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari atau waktu tertentu agar tidak ada yang terlewat.

2. Menentukan skala prioritas

Setelah membuat to-do-list, bisa ditentukan pekerjaan mana dulu yang perlu diprioritaskan. Dengan cara ini, akan membantu untuk lebih fokus dalam menyelesaikan satu tugas sebelum beralih ke tugas lainnya.

3. Mengatur kapasitas waktu

Meski menerapkan time blocking membuat kita bisa lebih fleksibel dalam menyelesaikan pekerjaan, tapi perlu juga menentukan berapa lama durasi untuk mengerjakan suatu tugas tertentu. Dengan demikian, kita bisa lebih produktif dan tidak mudah menyia-nyiakan waktu.

4. Menyisakan waktu tak terduga

Ada kalanya terjadi hal-hal di luar perencanaan kita. Untuk itu perlu disediakan waktu tak terduga agar apabila terdapat suatu hal mendesak, kita punya cukup waktu untuk mengerjakannya tanpa harus banyak menggeser to-do-list yang telah dibuat.

5. Menjaga komitmen dan konsistensi

Sebaik apapun manajemen waktu yang dibuat, tidak akan berjalan dengan lancar tanpa komitmen dan konsistensi untuk menjalaninya. Oleh sebab itu, kita perlu menentukan teknik yang sesuai kapasitas diri agar tidak berat melakukannya.

Dari menerapkan time blocking ini, membantu saya lebih teratur menjalankan aktivitas harian dengan tetap menyeimbangkan peran. Bisa terus mengembangkan diri, bekerja, dan berkomunitas tanpa harus mengesampingkan tugas mengurus rumah dan mendampingi anak.

Saya pun tetap punya waktu untuk memberi hak pada diri dengan me time berkualitas, melakukan hobi, dan bersosialisasi. Dari sinilah kemudian saya menyadari di mana kekuatan saya dan bagaimana merawat passion sekaligus tetap bisa berkontribusi bagi sekitar.

Untuk itu, saya berterima kasih pada Institut Ibu Profesional telah membuka jalan bagi saya memperbaiki diri untuk kembali menjalani hidup dengan lebih mindful. Saya juga berkesempatan menambah jejaring dan berkolaborasi dengan ibu hebat lainnya yang membuat saya semakin bersemangat untuk mengikuti jenjang perkuliahan selanjutnya dan berpartisipasi di kegiatan Ibu Profesional lainnya.

Setiap orang akan berjalan pada zona waktunya. Tapi, bagaimana bisa mengoptimalkan perjalanannya, tergantung bagaimana ia menghargai waktu untuk kemudian menghargai hidup dan dirinya.

When you do something on time, you do it right when you should…

Related Posts

Posting Komentar