header blog terbaru

Cara Sederhana Untuk Mengurangi Jejak Karbon Digital

Posting Komentar
jejak karbon digital
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, kehidupan manusia modern tidak bisa terlepas dari aktivitas digital. Kemudahan yang ditawarkan mulai dari kegunaan untuk mendukung pekerjaan, berkomunikasi hingga ketersediaan hiburan, membuat setiap orang ketergantungan.

Tanpa kita sadari, penggunaan teknologi ini berdampak negatif bagi lingkungan. Jejak karbon dari aktivitas digital nyata adanya berasal dari emisi yang dihasilkan dalam pembuatan perangkat maupun peralatan, energi yang dibutuhkan untuk menjalankannya, proses transfer data dan konsumsi energi oleh data center.

Berbagai studi menyebutkan, sektor teknologi informasi dan komunikasi menyumbang sekitar 4% emisi karbon global. Terutama berasal dari konsumsi energi listrik yang menghabiskan 7% dari listrik global. Ditambah lagi data center menyumbang 0,3% emisi karbon dan menyebabkan pemborosan listrik.

Meski emisi karbon dari sektor teknologi informasi masih relatif kecil dibandingkan dengan sektor lainnya, tapi transformasi digital akan terus meningkat. Saat ini saja terdapat 64,6% populasi dunia adalah pengguna internet. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi agar tidak semakin memperburuk krisis iklim.

Cara Mengurangi Jejak Karbon Digital dari Aktivitas Sehari-hari

mengatasi jejak karbon digital
Semakin banyak orang yang menggunakan perangkat digital untuk mendukung kemudahan aktivitas, semakin banyak pula waktu yang dihabiskan. Kebanyakan dari kita merasa tidak nyaman atau bahkan tidak bisa tanpa gawai.

Ketergantungan ini memang tidak mudah dihindari. Namun, demi kelestarian lingkungan dan kehidupan berkelanjutan, kita bisa lebih bijak dalam penggunaan gawai untuk mengurangi jejak karbon digital melalui beberapa cara berikut yang bisa dilakukan.

1. Merawat Gawai dengan Bijak

Salah satu langkah sederhana untuk mengurangi emisi dari penggunaan perangkat digital adalah dengan perawatan yang tepat untuk memperpanjang masa guna. Hal ini bertujuan untuk menghemat energi listrik dan mengurangi sampah elektronik.

Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah mengurangi tingkat kecerahan layar gawai untuk menghemat hingga 20% dari energi yang digunakan, mencabut charger jika tidak gunakan untuk mengurangi konsumsi listrik, dan memperpanjang usia baterai dengan segera melakukan pengisian daya jika tinggal 20%.

2. Melakukan Digital Decluttering

Digital decluttering merupakan kegiatan memilah dan mengurangi sampah digital pada digital. Seperti menghapus file yang sudah tidak dibutuhkan, uninstall aplikasi yang tidak digunakan, menghapus tumpukan e-mail, hingga membersihkan browser history, cookie maupun cache.

Cara ini dilakukan untuk mengurangi penumpukkan pada gawai maupun cloud storage yang sebenarnya disimpan di data center. Dengan digital decluttering, secara tidak langsung akan mengurangi emisi karbon dari pengoperasian data center.

3. Mengurangi Streaming

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tim The Shift Project, 60% trafik internet berasal dari video streaming melalui berbagai platform seperti Youtube, Netflix, Hulu, dan berbagai aplikasi lainnya. Padahal, menonton video online sepanjang tahun menghasilkan 300 juta ton karbon dioksida atau setara dengan 1% dari emisi gas rumah kaca global.

Tidak hanya video, demikian pula streaming audio yang juga berpotensi menghasilkan emisi karbon lebih besar dibanding mendengarkan musik dengan kaset. Kemudahan akses hiburan ini tentu harus dibarengi dengan pemanfaatan yang lebih bijak agar tidak semakin merusak lingkungan.

Seperti memilih menggunakan Wi-Fi yang disinyalir lebih rendah menghasilkan emisi dibanding penggunaan data seluler. Bisa juga dengan mengunduh video maupun audio yang ingin dinikmati.

4. Membatasi Penggunaan AI

Tidak bisa dipungkiri, keberadaan Artificial Intelligence semakin memudahkan pekerjaan manusia. Namun, AI membutuhkan energi yang besar dalam pengoperasiannya. Semakin komplek, akan semakin besar pula energi yang dibutuhkan.

Temuan Dhar P yang dipublikasikan dalam jurnal berjudul Impact of Artificial Intelligence menyebutkan, untuk melatih AI model diperkirakan setara dengan emisi untuk 75 penerbangan pulang pergi New York-Beijing. Sementara dari Towards Data Science, memperkirakan penggunaan ChatGPT menghasilkan sekitar 23,04 kgCO2e emisi karbon harian.

Meski masih perlu studi lanjut, namun penelitian tersebut dapat dijadikan referensi untuk lebih bijak dalam menggunakan AI. Bukan hanya memanfaatkannya hingga memanjakan kita, tapi perlu kesadaran penuh agar tidak menggunakan seenaknya saja tanpa memperhatikan dampak AI bagi lingkungan.

Melihat ancaman krisis iklim yang semakin nyata, sudah saatnya kita lebih mindful dalam menjalani aktivitas sehari-hari dengan memperhatikan kelestarian alam. Di sisi lain, tantangan zaman membawa kita untuk lebih cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang juga punya sisi negatif bagi lingkungan.

Menerapkan gaya hidup berkelanjutan bisa menjadi pilihan. Tidak hanya sebatas beralih pada produk ramah lingkungan, tapi juga dengan mengurangi jejak karbon digital dari penggunaan akses internet yang lebih bijak di tengah beragam kemudahan.



Referensi:
  1. https://www.ecowatch.com/digital-carbon-footprint-2655797250.html diakses pada 24 Desember 2023 pukul 14.48 WIB.
  2. https://www.myclimate.org/en/information/faq/faq-detail/what-is-a-digital-carbon-footprint/ diakses pada 24 Desember 2023 pukul 15.05 WIB.
  3. https://towardsdatascience.com/the-carbon-footprint-of-chatgpt-66932314627d diakses pada 24 Desember 15.30 WIB.
  4. https://www.bbc.com/future/article/20200305-why-your-internet-habits-are-not-as-clean-as-you-think diakses pada 24 Desember 2023 pukul 15.45 WIB.

Related Posts

Posting Komentar