header blog terbaru

Climate Action: Alasan Baru Di Balik Tujuan Mengoptimalkan Blog

Posting Komentar
Menekuni dunia blogging bukanlah hal yang mudah. Sebagai pemula, ujian sudah pasti sering datang untuk menguji konsistensi tujuan mengoptimalkan blog.

Alasan meluaskan manfaat sering jadi jawaban untuk cari aman. Tapi, di tengah kebosanan dan writer's block yang kerap datang tanpa permisi, saya merenungi sejauh mana orang mengambil manfaat dari keberadaan blog ini?

Saya memang memulai blogging bukan untuk pekerjaan. Melainkan untuk merawat passion dan berdaya di tengah kesibukan sebagai ibu rumah tangga. Meski jika ada tawaran yang bisa menambah cuan, masih saya pertimbangkan.

Siapa sangka, justru dengan adanya blog ini bisa menjadi portofolio saya untuk mendapatkan pekerjaan pertama di industri kepenulisan. Belajar blogging dari nol dan mengikuti Blogspedia Coaching adalah investasi terbaik saya hingga akhirnya menjadi content writer.

Tetap Menjadi Blogger, Haruskah?

Mulai mendapatkan pekerjaan membuat waktu saya berkurang untuk menyempatkan riset bahan tulisan. Beberapa waktu lamanya, artikel yang ditulis hanya ala kadarnya hanya untuk memenuhi target posting di aplikasi Blogspedia. Itupun kadang masih belum lengkap.

Haruskah tetap menjadi blogger? Pertanyaan itu berkali-kali saya tanyakan pada diri sendiri. Sembari mengamati teman-teman sesama peserta di Blogspedia Coaching Batch 3 yang kini mulai bersinar namanya.

Ah, buat apa melihat mereka kalau kini sudah tidak yakin untuk tetap mengurus blog? Begitu pikir saya suatu ketika. Mempertanyakan kembali komitmen diri yang dulu pernah menggebu.

Hingga suatu hari ada seseorang yang tiba-tiba mengirim pesan melalui instagram hanya untuk mengucapkan terima kasih karena telah menulis tentang mother culture. Salah satu tulisan yang saya buat lagi-lagi untuk memenuhi tugas blogspedia.

Saat tulisan tersebut tayang, memang banyak teman yang bilang bahwa mereka pertama kali mendengar konsep mother culture. Dari situlah kemudian saya merasa percaya diri lagi untuk merawat tujuan mengoptimalkan blog.

Perjuangan rutin menulis, belajar teknik penulisan dan optimasi blog, hingga merogoh kocek untuk memasang Top Level Domain tidak ingin saya sia-siakan. Apalagi waktu yang saya investasikan untuk upgrade skill blogging di tengah mengurus anak yang kala itu baru berusia satu tahun.

Keyakinan diri saya semakin besar ketika menyadari ketertarikan akan isu pendidikan, pemberdayaan perempuan, parenting, dan perubahan iklim. Topik yang sangat dekat dengan upaya mewujudkan masa depan berkelanjutan.

Apalagi terkait perubahan iklim yang menjadi isu global tapi belum banyak orang yang memahaminya. Khususnya di Indonesia, dimana sebagian besar masih menganggap krisis iklim adalah suatu proses yang alami.

Hasil survei Yale University bersama Meta yang diterbitkan pada tahun 2022 lalu, memperlihatkan bahwa hanya 18% responden Indonesia mempercayai perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia. Survei ini melibatkan 108 ribu pengguna facebook dari 192 negara, dengan 1.178 responden dari Indonesia.

Itu artinya, urgensi untuk mengedukasi masyarakat terkait perubahan iklim dan kelestarian lingkungan masih cukup tinggi. Di tengah isu lain yang menjadi perhatian pemerintah, tentu untuk meningkatkan kesadaran tersebut tidak bisa hanya mengandalkan para pemangku kebijakan.

Tujuan Mengoptimalkan Blog Sebagai Langkah Nyata Menghadapi Perubahaan Iklim

tujuan mengoptimalkan blog

Komitmen global untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau lebih dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) memang sedang gencar sekali digalakkan. Terdapat 17 tujuan untuk mensejahterakan masyarakat di seluruh dunia.

Salah satu tujuan tersebut adalah penanganan perubahan iklim pada poin ke-13. Melansir dari situs resmi Bappenas, terdapat 5 target dari mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. Satu di antaranya adalah meningkatkan pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan iklim.

Sebagai seorang blogger, saya memilih untuk mengambil peran dalam upaya mewujudkan target tersebut. Sebab, blogging merupakan senjata ampuh untuk meningkatkan wawasan dan menyebarkan kesadaran bagi banyak orang, untuk selanjutnya bisa diimplementasikan dalam tindakan.

Melalui label 'Sayangi Bumi', menjadi ruang bagi saya untuk meningkatkan ekoliterasi dan memberikan akses informasi tentang perubahan iklim serta aksi nyata yang sederhana untuk mengurangi dampaknya. Ya, benar-benar tulisan sederhana yang saya coba terus tingkatkan kualitasnya.

Menguatkan Peran Perempuan Dalam Climate Action

masa depan berkelanjutan
Sebagai ibu yang juga memiliki anak perempuan, blogging adalah investasi juga strategi bagi saya menguatkan keterlibatan dalam aksi iklim. Sebuah jalan juang baru untuk lebih meluaskan kebermanfaatan terutama bagi para perempuan lainnya.

Salah satu kelompok yang terdampak cukup signifikan dari perubahan iklim adalah perempuan. Tidak hanya berpengaruh pada kesehatan dan bencana, tapi yang jauh lebih menakutkan adalah terkait konflik dan kekerasan berbasis gender.

Bahkan, pada pertengahan tahun 2021 lalu, di Afghanistan marak perdagangan anak dan remaja perempuan untuk ditukarkan dengan ternak akibat krisis pangan yang disebabkan kemarau panjang. Hal tersebut karena tidak ada lagi harta benda yang tersisa, hanya anak perempuan yang mereka miliki lah yang kemudian menjadi korban.

Meski tidak hidup di Afghanistan, bukan berarti kejadian itu lepas dari tanggung jawab kita bersama. Justru sebagai seorang perempuan, sudah saatnya mengambil aksi nyata untuk menghindari hal-hal yang lebih buruk lagi.

Menurut UN Climate Change terdapat 5 alasan kuat mengapa peran perempuan sangat penting dalam aksi iklim:

1. Aksi iklim membutuhkan partisipasi seluruh masyarakat dunia

Lebih dari separuh populasi dunia terdiri dari perempuan dan anak perempuan. Namun, keberadaan mereka sering tidak diikutkan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang dihasilkan belum responsif gender.

Padahal, perempuan apalagi seorang ibu adalah garda terdepan dalam upaya mengatasi krisis iklim. Mereka yang memegang kendali di keluarga, bisa mengambil keputusan yang lebih ramah lingkungan. Seperti bijak mengolah sampah, memilih penggunaan pangan lokal, dan menghemat energi.

Dengan melibatkan lebih banyak perempuan dalam aksi iklim, akan lebih besar pula peluang untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan dan adil bagi semua. Untuk itu, blogging bisa menjadi salah satu cara berpartisipasi langsung.

2. Pemberdayaan perempuan sebagai solusi iklim yang lebih baik

Di negara-negara berkembang, jumlah perempuan di sektor pertanian hampir setengah dari total angkatan kerja. Jika mereka diberi akses yang sama dengan laki-laki, ini akan berdampak baik untuk pertanian berkelanjutan dan mewujudkan ketahanan pangan.

Di sisi lain, di beberapa negara yang banyak melibatkan perempuan dalam parlemen, kemungkinan untuk meratifikasi perjanjian internasional tentang lingkungan juga lebih tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa investasi pada perempuan punya banyak manfaat bagi suatu bangsa.

3. Perempuan sebagai kunci pembangunan ketahanan iklim

Menurut laporan PBB, masyarakat lebih berhasil dalam penanganan dan peningkatan kapasitas ketika perencanaan melibatkan para perempuan. Hal tersebut diperkuat dengan perempuan yang lebih respon dalam menghadapi bencana serta masa pemulihannya.

Kini bukan saatnya lagi menyebarkan stigmatisasi yang justru menyulitkan kehidupan bersama. Untuk membangun masyarakat yang lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi krisis iklim, maka sudah selayaknya memberi kesempatan bagi para perempuan untuk terlibat.

4. Perubahan iklim berdampak pada kita semua, namun tidak sama

Meski perubahan iklim ini berdampak bagi semua kalangan, tapi perempuan sering kali mendapat beban dan resiko yang lebih besar. Seperti lebih rentan menjadi korban bencana alam, kelangkaan air, dan kelaparan.

Oleh karena itu, dengan penanganan perubahan iklim yang berwawasan gender dapat memenuhi hak-hak perempuan dan mendorong pemberdayaan. Karena perempuan punya potensi yang besar sebagai agen perubahan dalam gerakan sosial.

5. Negara-negara menyadari pentingnya gender dalam perencanaan iklim

Perempuan seringkali memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam aksi iklim. Seperti pengelolaan sumber daya alam, pertanian berkelanjutan, dan energi terbarukan.

Beberapa negara telah membagikan pengalaman mereka dalam mengintegrasikan gender di berbagai sektor prioritas untuk aksi iklim. Ini menjukkan bahwa perempuan juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

Dari 5 alasan tersebut, melalui blogging bisa jadi jalan pemberdayaan diri, mengedukasi perempuan lainnya, mengajak untuk bertindak lebih peduli, sekaligus cara sederhana untuk mengawal kebijakan dengan rutin update isu kekinian terkait penangangan iklim.

Blogging for Sustainability, Bukan Saatnya Untuk Berhenti

peran blogger untuk aksi iklim
Bagi saya saat ini, menjaga konsistensi blogging adalah cara yang bagus untuk meningkatkan kesadaran dan menginspirasi tindakan yang lebih ramah pada lingkungan. Jadi, bukan lagi memikirkan apakah saat ini waktu yang tepat untuk berhenti, melainkan bagaimana agar langkah ini tidak terhenti.

Ada banyak alasan mengapa harus terus bertahan. Bayangkan saja, akan keberlangsungan hidup di masa depan jika Bumi tak lagi layak untuk dihuni karena kerusakan alam akibat ulah manusia. Mungkin tidak akan ada lagi kemudahan akses yang memanjakan kita akan suatu informasi seperti saat ini.

Sebagai pemula yang ingin menyeriusi dunia blogging yang berwawasan lingkungan, sudah pasti saya harus lebih merutinkan menulis. Sekaligus menggali tujuan mengoptimalkan blog, dengan membawa asa yang lebih besar lagi untuk berdampak baik bagi Bumi.




Referensi:
  1. https://aicontentfy.com/en/blog/a-guide-to-blogging-for-environmental-sustainability-raising-awareness-and-inspiring-action diakses pada 26 Oktober 2023 pukul 21.19 WIB.
  2. https://theconversation.com/banyak-orang-indonesia-salah-kaprah-tentang-perubahan-iklim-bagaimana-cara-memperbaikinya-200372 diakses pada 27 Oktober 2023 pukul 05.30 WIB.
  3. https://www.dw.com/id/anak-perempuan-afganistan-dijual/a-59856569 diakses pada 27 Oktober 2023 pukul 05.45 WIB.
  4. https://unfccc.int/news/five-reasons-why-climate-action-needs-women diakses pada 27 Oktober 2023 pukul 10.00 WIB

Related Posts

Posting Komentar